Rabu 01 Aug 2012 21:00 WIB

Pasukan Keamanan Myanmar Dilaporkan Tembaki Muslim Rohingya

Seorang tentara Myanmar tengah berjaga di bangunan yang rusak di Sittwe, ibukota Rakhine negara di barat Myanmar.
Foto: AP Photo
Seorang tentara Myanmar tengah berjaga di bangunan yang rusak di Sittwe, ibukota Rakhine negara di barat Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menembaki warga muslim Rohingya serta melakukan perkosaan. Pasukan keamanan juga disebut tidak bertindak sama sekali ketika massa yang berseteru saling menyerang dalam aksi kekerasan sektarian belum lama ini. Hal ini dilaporkan oleh satu kelompok HAM Human Rights Watch (HRW).

"Pihak berwenang gagal melindungi warga Rohingya yang Muslim maupun warga Buddha dan kemudian terjadi aksi kekerasan yang tidak terkendalikan dan massa menangkap para warga Rohingya," kata kelompok HAM Human Rights Watch (HRW) yang bermarkas di New York dalam satu laporan.

HRW dalam laporannya mengatakan, kekejaman yang terjadi sudah sepatutnya mendapat reaksi cepat dan keras dari dunia Internasional.

"Tetapi masyarakat internasional tampaknya tengah disilaukan oleh cerita romantis di tengah perubahan di Burma (Myanmar), penandatanganan perjanjian perdagangan baru dan pencabutan sanksi-sanksi walaupun pelanggaraan HAM terus terjadi," kata wakil direktur HRW untuk Asia.

Laporan yang didasarkan pada wawancara dengan puluhan saksi mata itu mengatakan, kejadian-kejadian di negara bagian Rakhine menunjukkan bahwa penyiksaan disponsori negara kendatipun  pemerintah telah berjanji untuk menghentikan kerusuhan etnik.

"Polisi dan paramiliter menembaki warga Rohingya dengan amunisi tajam," tambahnya.

Laporan itu mengutip seorang pria Rohingya di ibu kota negara bagian itu, Sittwe, yang mengatakan bahwa pasukan keamanan menyaksikan ketika satu massa Buddha membakar rumah-rumah.

"Ketika orang berusaha memadamkan api, paramiliter menembak kami. Dan kelompok pembakar itu memukul orang dengan tongkat besar," sebutnya.

Sebelumnya, seorang muslim Rohingya, Rofik, yang ditemui Republika juga mengakui hal yang sama. Ia mengungkapkan, umat Islam sukar hidup layak dan selalu mendapat perlakuan diskriminatif di Provinsi Arakan, Myanmar.

Militer, Rofik menyebutnya sebagai infanteri pembantai, kerap melakukan razia ke rumah rumah etnis Rohingya.

Nahas bagi yang ketahuan memeluk Islam atau malah sedang shalat. Dalam satu kesempatan, kata Rofik, tentara mendobrak rumah warga Rohingya. Mereka juga pernah menghabisi warga yang sedang shalat.

“Masjid di tempat saya dibakar. Saudara saudara saya yang sedang shalat di dalamnya dibunuh. Ditebas pedang,” kata Rofik.

sumber : Antara/AFP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement