Kamis 09 Aug 2012 22:30 WIB

Sastra dalam Peradaban Islam (4-habis)

Rep: Heri Ruslan/ Red: Chairul Akhmad
Sebuah kitab sastra Arab klasik.
Foto: tebyan.net
Sebuah kitab sastra Arab klasik.

REPUBLIKA.CO.ID, Para sastrawan di era kejayaan Abbasiyah tak hanya menyumbangkan kontribusi penting bagi perkembangan sastra di zamannya saja. Namun juga turut memengaruhi perkembangan sastra di Eropa era Renaisans.

Salah seorang ahli sastrawan yang melahirkan prosa-prosa jenius pada masa itu bernama Abu Utsman Umar bin Bahr Al-Jahiz (776 M - 869 M), cucu seorang budak berkulit hitam.

Berkat prosa-prosanya yang gemilang, sastrawan yang mendapatkan pendidikan yang memadai di Basra, Irak, itu pun menjadi intelektual terkemuka di zamannya.

Karya terkemuka Al-Jahiz adalah “Kitab Al-Hayawan”, atau Buku tentang Binatang. Sebuah antologi anekdot-anekdot binatang, yang menyajikan kisah fiksi dan non-fiksi.

Selain itu, karya lainnya yang sangat populer adalah “Kitab Al-Bukhala”, ‘Book of Misers’, sebuah studi yang jenaka namun mencerahkan tentang psikologi manusia.

Pada pertengahan abad ke-10 M, sebuah genre sastra di dunia Arab kembali muncul. Genre sastra baru itu bernama maqamat. Sebuah anekdot yang menghibur yang diceritakan oleh seorang pengembara yang menjalani hidupnya dengan kecerdasan.

Maqamat ditemukan oleh Badi’ Al-Zaman Al-Hamadhani (wafat tahun 1008 M). Dari 400 maqamat yang diciptakannya, kini yang masih tersisa dan bertahan hanya 42 maqamat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement