REPUBLIKA.CO.ID, Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia telah memberikan sumbangan yang tidak sedikit dalam memajukan bangsa.
Dalam kiprahnya memajukan bangsa, Muhammadiyah dikenal luas berkat konsep-konsep tajdid (pembaruan) yang diusungnya.
Konsep pembaruan yang dikampanyekan Muhammadiyah, tidak terlepas dari gagasan, pola pikiran, serta tindakan dari sang pendirinya, KH Ahmad Dahlan.
Keputusan Ahmad Dahlan remaja untuk pergi berhaji dan tinggal di Makkah selama lima tahun, telah membawanya berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran tokoh pembaru Islam, seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah.
Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada Ahmad Dahlan. Jiwa dan pemikirannya banyak dipengaruhi oleh aliran pembaharuan yang dibawa oleh para tokoh ini yang kelak kemudian hari melalui lembaga yang didirikannya, Muhammadiyah, ia mencoba melakukan pembaharuan terhadap pemahaman keagamaan (keislaman) di Tanah Air.
Namun demikian, bukan berarti pemikiran Kiai Ahmad Dahlan tentang pembaruan itu meniru mereka (tokoh-tokoh tersebut-Red). “Pembaruan yang digagas oleh KH Dahlan, justru lebih genuine (asli), ujar salah satu tokoh Muhammadiyah, Prof Dr Muhadjir Effendy.
Dalam pandangan Kiai Ahmad Dahlan, pemahaman keislaman di Tanah Air saat itu yang masih bersifat kolot akan menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi (keterbelakangan) umat Islam.
Oleh karena itu, pemahaman keagamaan yang statis ini harus diubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Alquran dan hadis.
Namun, ia menyadari bahwa upaya itu tidak mungkin dilaksanakan seorang diri, tetapi harus dilaksanakan oleh beberapa orang yang diatur secara saksama. Kerjasama antara beberapa orang itu tidak mungkin tanpa organisasi.