REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Sebagian besar warga Desa Tua, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulteng yang menjadi korban gempa bumi berkekuatan 6,2 Skala Richter pada Sabtu (18/8) masih enggan tinggal dalam rumah. Warga memilih tidur di tenda-tenda yang mereka bangun di halaman rumah, sedangkan warga yang rumahnya rusak juga mengungsi ke tempat penampungan di desa itu.
"Untuk sementara ini tidur di tenda. Itu lebih aman daripada di dalam rumah jika tiba-tiba terjadi lagi gempa yang keras," kata Warni, salah seorang warga Desa Tua di Sigi, Ahad (19/8). Dia sangat khawatir tinggal di dalam rumah sebab masih sering terjadi gempa meski skalanya kecil.
Warni mengaku rumahnya tidak ada yang rusak, tetapi sejak terjadi gempa bumi dengan 6,2 Skala Richter pada pukul 16.41 WITA, semua keluarga (suami dan anak-anak) tidak mau masuk ke dalam rumah. "Suami saya terpaksa memasang tenda darurat di halaman rumah dan kami tidur di situ," katanya.
Desa Tua, merupakan desa paling parah di Kecamatan Gumbasa karena banyak rumah penduduk yang rusak dan juga sejumlah warga mengalami cidera akibat gempa bumi yang dirasakan cukup keras itu.
Hal senada juga disampaikan Ny Narsa. Menurut dia, rumahnya yang berdinding tembok dan atap seng rata dengan tanah, padahal rumah itu belum lama dibangun.
Narsa dan suaminya, Sahruddin dan anaknya terpaksa mengungsi sementara di rumah keluarga, tetapi tetap tidur di tenda. Sebelum gempa yang cukup keras itu mengguncang desa mereka, ia kebetulan sedang memasak di dapur untuk buka puasa, sedangkan suami dan anaknya di luar rumah.
Hanya dalam waktu beberapa detik gempa berlangsung, rumah yang dibangun Ny Narsa rusak termasuk perabot dan kue yang disiapkan untuk perayaan Lebaran. "Bapak lihat sendiri rumah rata tanah," katanya sedih kepada wartawan.
Data sementara jumlah korban yang meninggal akibat gempa di Kabupaten Sigi empat orang, satu diantaranya bernama Ronal, warga Desa Saluwa, Kecamatan Kulawi.