REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Wacana intervensi militer terhadap Suriah yang disampaikan Amerika Serikat (AS) ditentang keras Rusia. Melalui Menteri Luar Negerinya, Sergei Lavrov mengecam keras ancang-ancang militer AS tersebut.
Setelah bertemu dengan Pemerintahan Cina, Lavrov kembali mengukuhkan dukungan Beijing dan Kremlin atas rezim Assad. Kremlin mendesak Gedung Putih untuk memenuhi kebutuhan terhadap norma-norma hukum internasional.
"Tidak pernah akan terjadi campur tangan (militer) luar di Suriah," tegas Lavrov. "Satu-satunya yang dapat dilakukan asing adalah menciptakan kondisi damai melalui pipa dialog," tambah dia.
Sumber diplomatik di Moskow seperti diberitakan gulfnews mengatakan, lawatan pemerintah Suriah ke Moskow yang diwakili Wakil Perdana Menteri Qadri Jamil selama dua minggu itu merupakan bagian dari rencana kemungkinan pergeseran kekuasan di Damaskus serta mencari kandidat yang dapat menggeser posisi Assad secara mulus.
Sedangkan kelompok oposisi, Dewan Nasional Suriah (SNC) di pelarian, juga tengah mempelajari pembentukan pemerintahan transisi. Pembahasan utama adalah peran tokoh rezim dalam pemerintahan transisi tersebut.
Sementara itu sejumlah organisasi kemanusiaan internasional mendesak Dewan Keamanan PBB agar mencapai kesepakatan, agar bantuan kemanusiaan bagi ribuan masyarakat Suriah dapat dilakukan.
Sebelumnya di Washington, Presiden Obama mengatakan akan melakukan intervensi militer terhadap rezim Assad. Alasan penggunaan senjata kimia menjadi pintu masuk bagi AS untuk melancarkan serangan tersebut, dan memaksa menghitung ulang kesabaran pemerintahannya.
''Kami tidak melihat satu-pun perubahan ke arah positif atas yang terjadi di Suriha,'' kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland.