REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Damanhuri Zuhri
Dengan berbekal Alquran dan Sunah, seorang anak akan mampu menghadapi ujian hidup.
Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi serta industri yang begitu hebat telah membuat tantangan hidup semakin berat. Perubahan zaman pun sangat berdampak pada perilaku dan akhlak generasi penerus umat di masa depan.
Pengaruh budaya asing baik yang positif maupun yang negatif dengan mudah masuk dan diserap anak-anak. Tak heran, jika sebagian besar orangtua merasa khawatir dengan masa depan anak-anak mereka.
Fenomena seperti itu, sesungguhnya telah diprediksi Rasulullah sekitar 14 abad silam. Karenanya, Rasulullah SAW diakhir hayatnya berpesan kepada umatnya: ''Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah (Alquran) dan Sunah Rasulullah SAW.'' (HR Muslim).
Jika merujuk pada pesan Rasulullah SAW, para orangtua sesungguhnya tak perlu khawatir dengan perkembangan dan perubahan zaman yang terjadi saat ini. Kuncinya, para orangtua membekali putra-putri mereka dengan Alquran dan Sunah Rasulullah SAW.
''Sayangnya, pendidikan Alquran dan Sunah masih jadi agenda ke-17,'' ujar Pimpinan Daarul Quran, Ustaz Yusuf Mansur. Sebagian besar orangtua ternyata lebih mengutamakan kursus-kursus yang lain ketimbang membekali anak-anak mereka dengan Alquran dan Sunah.
Menurut Ustaz Yusuf, sangat penting bagi para orangtua membekali anak-anaknya dengan Alquran dan Sunah. ''Jika telah dibekali dengan Alquran dan Sunah yang kuat, maka seorang anak akan mampu menghadapi ujian hidup di mana pun berada,'' ungkapnya.
Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr Ahsin Sakho Muhammad, mengungkapkan, Alquran merupakan Dustur al-Islam al-Awwal (Undang-Undang Islam yang pertama). Karena itu, kata dia, perlu disosialisasikan kepada umat Islam, sejak kanak-kanak. Bahkan sebelum anak-anak lahir.
Karena itu, papar dia, ayah dan ibunya harus selalu membaca Alquran. ''Jadi, walapun anaknya belum lahir, jika ayah dan ibunya selalu membaca Alquran, maka perasaan getaran-getaran spiritualitas ini akhirnya merasuk pada DNA yang akan bisa mempengaruhi kepada anak-anak. Sehingga begitu seorang anak keluar dari rahim seorang ibu, anak itu sudah terbiasakan dengan itu,'' tuturnya.
Menurut Ahsin, meski anak belum mengerti huruf-huruf Arabiyah, maka ayah dan ibunya perlu mengajari bacaan-bacaan Alquran di depan anak-anaknya. Mulai dari al-Fatihah dan surat-surat yang pendek. Upaya itu, tutur dia, disampaikan untuk membiasakan mereka mendengar ayat-ayat suci Alquran.
''Dengan menghafalkan Alquran, paling tidak, sel syaraf yang ada pada otak seorang anak sedikit demi sedikit bisa terprogram dengan teratur. Dengan cara-cara itu, saya rasa apabila diberikan secara rutin kepada anak-anak bisa terprogram sedikit demi sedikit, sehingga akan menumbuhkan kecerdasan kepada anak-anak,'' papar pakar tafsir dari Universitas Al Azhar Mesir itu.
Menurut dia, program mendidik menghafal Alquran sejak dini sangat bagus. Apa pasal? Sebab, Ahsin menuturkan, anak-anak pun butuh sentuhan-sentuhan rohani dan moralitas. Paling tidak, kata dia, ketika dia berhadapan dengan guru-guru harus bertatakrama, cium tangan, bersila dengan baik, berpakaian yang baik, sering membasuh muka untuk berwudhu.
Pandangan serupa juga diungkapkan Pakar Pendidikan, Prof Imam Suprayogo yang juga rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Menurut dia, kualitas seseorang sangat ditentukan oleh dua hal, yakni siapa pergaulannya dan apa bacaannya.
Kalau pergaulannya dengan orang biasa-biasa saja, tutur dia, maka cara berfikirnya biasa-biasa. Tapi kalau pergaulannya adalah lingkungan yang hebat, maka dia menjadi hebat. ''Nah, persoalannya adalah bagaimana agar kita menjadi anak yang hebat? Maka sejak kecil sudah dilatih untuk bergaul dengan zat yang maha hebat yaitu Allah SWT,'' paparnya.
Dengan cara apa? Menurut dia, dengan cara berlatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan spiritual. ''Apa saja yang dilakukannya karena Allah bukan karena selain itu. Dan tentu saja apa yang dilakukan adalah hal-hal yang baik. Bagaimana mengenal Asmaul Husna, Ar-Rahman, Ar-Rahim.''
Lalu bagaimana dengan pengaruh bacaan? Menurut Prof Imam, jika bacaannya kelas-kelas tingkat bawah, maka orang itu tidak akan bisa lebih dari bacaan itu. Begitu juga kalau bacaannya berkualitas maka orang itu juga akan sekualitas itu.
''Kalau sejak kecil anak sudah diajak untuk membaca tulisan-tulisan Yang Maha Benar yakni, Alquran, di situlah akan tumbuh secara bagus. Sejak pagi diajak menyebut Allah. Subhanallah, Alhamdulillah, setelah itu lalu dilatih untuk membaca dan menghafal ditambah dengan pendalaman bahasa Arab, itu sangat luar biasa,'' ujarnya.
Menurut dia, upaya itu akan melahirkan sosok manusia yang hebat, karena bergaul dengan zat Yang Maha Hebah, Yang Maha Mulia, Yang Maha Kreatif, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Adil dan yang maha segala-galanya.
Prof Imam mengaku tertarik dengan upaya yang dilakukan Presiden Iran Ahmadinejad. Menurutnya, Ahmadinejad memiliki pandangan yang sangat bagus, yakini sejak kecil anak-anak harus dilatih membaca dan menghafal Alquran. Saat ini, kata dia, tak kurang dari 300 madrasah, pusat hafalan Alquran bagi anak-anak kecil tersebar di Teheran, Iran.
Guna mencetak generasi Qurani, Pesantren Tahfidz Alquran Daarul Quran Ketapang, Tangerang, Banten, mulai tahun ini menyelenggarakan program i'daad yang menekankan pada Alquran dan Sunnah. Anak-anak selama satu tahun diajarkan membaca Alquran dengan baik secara makhraj maupun tajwid, menghafal serta memahami isi kandungan Alquran dan Sunah.
Program itu diharapkan dapat mencetak generasi penerus Islam yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan zaman.