REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Butuh perjuangan ekstra guna menyukseskan serial televisi "Omar", yang menceritakan kisah kalifah kedua Umar bin Khattab. Sebelum tayang saja, serial ini sudah menghadapi tantangan berupa penolakan dari sebagian umat Islam lantaran dianggap melanggar larangan menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Sutradara serial "Omar", Hatem Ali, mengatakan sedari awal akan muncul kontroversi terkait tayangan serial ini. Sebelum Ramadhan saja, ratusan orang bergabung membuat akun Facebook yang berisi penolakan agar serial ini tidak disiarkan.
"Alhamdulillah, penolakan itu tidak menghalangi kesuksesan film ini," kata dia seperti dikutip alarabiya.net, Selasa (28/8).
Ali mengatakan serial televisi produksi gabungan antara MBC Group, Dubai dan televisi Qatar ini disebut sebagai serial televisi terbesar yang pernah diproduksi televisi Arab. Serial ini membutuhkan kru sebanyak 500 aktor, aktris dan pemain tambahan. "Mereka bekerja selama 180 hari," kata dia.
Sutradara asal Suriah ini mengaku sempat kesulitan untuk mencari lokasi guna membangun replika Makkah dan daerah sekitatnya. Beruntung, ada satu lokasi di Maroko, yang begitu mirip dengan Makkah di masa lalu. Kesulitan lain adalah menyatukan gajah dan kuda dalam satu adegan.
"Kuda takut dengan gajah. Tentu kami harus mengatasi kendala ini dengan memungkinkan mereka bisa berdamai ketika dipertemukan," papar Ali.
Serial ini juga menampilkan banyak adegan pertempuran dalam skala besar. Tidak menggunakan teknologi efek yang biasa digunakan film Hollywood, serial ini benar-benar menggunakan pemain dalam jumlah besar. Selama 54 hari dan 12 jam per hari adegan ini diambil dengan melibatkan pemain tambahan sebanyak 500 orang.
"Adegan dilakukan dengan baik, kami banyak merawat pemain yang luka," kata dia.
Yang paling menyulitkan Ali ketika menggarap serial ini adalah mencari sosok yang tepat untuk memerankan umar. Ali yang menelusuri kehidupam Umar bin Khattab sejak usia 18 tahun hingga 63 tahun sempat frustasi lantaran tidak juga mendapatkan sosok yang pantas.
"Pertama, saya harus memilih seseorang yang masih muda. Saya bertemu dengan banyak orang sebelum akhirnya bertemu dengan Samer Ismail," ucapnya. Ismail, kata Ali, dipilih karena penampilannya dan suara seraknya yang mencerminkan ciri khas Umar.
Ali menyatakan puas keberhasilan serial di Timur Tengah, Turki dan Indonesia. "Ada rencana untuk menerjemahkan dalam bahasa Inggris dan Prancis. Saya juga diberitahu kalau serial ini bakal diangkat ke layar lebar," pungkas dia