REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Peristiwa kekerasan kembali terjadi. Kali ini bahkan lebih mengenaskan. Hanya gara-gara selisih paham antarkeluarga di Sampang, Madura, Jawa Timur, dua kelompok warga berbeda paham keagamaan terlibat kerusuhan. Kondisi ini mengakibatkan dua orang tewas dan 37 rumah hangus dibakar.
Mendengar peristiwa tersebut, miris hati ini. Seakan-akan sudah tidak ada akal sehat lagi. Saat ini setiap permasalahan yang terjadi masyarakat (grassroot) seakan-akan diselesaikan dengan tindakan kekerasan. Cara ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan bahkan membudaya.
Jika kita renungkan, masyarakat kita saat ini sudah bagaikan padang rumput yang kering. Hanya disundut api kecil saja, sudah langsung terbakar. Cara main ’hakim sendiri’ yang kian marak di masyarakat kita merupakan gejala yang sangat mengkhawatirkan.
Yang mengherankan juga, Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, sebagai suatu bangsa dijuluki ramah dan halus budi pekerti (dalam bahasa Belanda : het zachtste volk op aarde) dengan beberapa perkecualian. Tetapi ternyata kini telah terperangkap dalam menawarkan upaya dengan menggunakan kekerasan dan kadang-kadang dengan mendalihkan ajaran agamanya, entah itu benar atau tidak, entah itu rasionalistik atau emosional.
Lalu mengapa semua itu bisa terjadi? Di manakah nilai-nilai Islam berada?
Melalui tulisan ini, ada baiknya saya mengajak kepada seluruh masyarakat untuk kembali memperkuat tali persaudaraan sesama anak bangsa, agar terwujud masyarakat ideal. Dalam pandangan Alquran, konsep masyarakat ideal akan tercapai apabila persaudaraan sesama warganya dapat tercipta.
Persaudaraan yang dimaksud bukan hanya sebatas antarsesama Muslim akan tetapi dengan seluruh warga masyarakat yang boleh jadi sangat plural. Maka sikap terbuka dan toleran menjadi sebuah keniscayaan.
Islam tidak hanya mengajarkan persaudaraan antarsesama Muslim, namun juga ukhuwah ‘ubudiyyah (persaudaraan dalam ketundukan kepada Allah), ukhuwah insāniyyah/basyariyyah (persaudaraan antarsesama manusia), ukhuwah wathaniyyah wa al-nasab (persaudaraan sebangsa dan seketurunan) dan ukhuwah fī dīn al-Islām.
Dalam Islam sudah ditegaskan bahwa keberadaan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam. Kata Islam sendiri yang berasal dari bahasa Arab berarti tunduk, patuh, selamat, sejahtera, dan damai. Maka, agama Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menegakkan perdamaian di dunia, sehingga persaudaraan dapat terjalin dengan erat.
Dalam Alquran sudah ditegaskan, bahwa Islam diturunkan untuk perdamaian, rahmat bagi seluruh mahluk di muka bumi. Sebagaimana Allah swt berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya:107)
Islam juga mengajarkan bagaimana menghadapi perpecahan dan segala perselisihan yang bermaksud memecah belah umat. Sejak zaman Rasul pun Islam selalu mendapat pertentangan dan serangan dari musuh-musuh Islam. Rasulullah SAW seringkali difitnah dan dimusuhi, namun beliau tetap istiqamah menjalankan syariat dari Allah SWT.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl:125).
Sesungguhnya, kebenaran sejati hanya milik Allah SWT.