REPUBLIKA.CO.ID, TAMPA, FLORIDA - Kubu Barack Obama, Jumat (31/8), menyatakan jualan politik Capres Republik Mitt Romney tak lebih baik dari sebelumnya dan menyebut Romney telah mengesampingkan Perang Afghanistan pada pidato besar penerimaan dirinya sebagaii calon presiden dari Republik.
Tim Presiden Barack Obama juga mengoreksi pidato Romney pada Konvensi Nasional Republik di Florida itu karena dianggap mengelabui catatan bagus pemerintah Obama.
"Seperti pada kebanyakan konvensi Republik, pidato Mitt Romney malam ini hanya menawarkan banyak serangan pribadi dan kalimat basi. Tidak ada gagasan nyata untuk memajukan negeri ini," kata manajer kampanye Obama, Jim Messina. "Yang tidak dia bagi adalah tawaran-tawaran nyatanya."
Messina mengatakan Romney akan mengalokasikan 5 triliun dolar AS berupa pemotongan pajak untuk kaum kaya yang seharusnya diperuntukkan bagi kelas menengah, dan akan mengubah program layanan kesehatan Medicare untuk kaum usia lanjut, menjadi sistem voucher.
"Dengan tidak adanya gagasan-gagasan baru dan penyembunyian rencana dia sebenarnya, Mitt Romney membuat konvensinya tidak lebih kuat dibanding ketika kemunculannya," kata Messina seperti dikutip AFP.
Presiden Obama telah mengemail jutaan pendukungnya beberapa saat setelah Romney berpidato dengan memohon mereka mendonasi kampanyenya sebelum tenggat pengumpjulan dana berakhir Jumat esok waktu AS (Sabtu WIB).
"Malam ini adalah malam mereka. Namun fokus kita seharusnya untuk esok," tulis Obama seperti dikutip AFP.
Tim kampanye Obama juga menanggapi isi pidato Romney dengan twit-twit dan email-email galak agar wartawan mencek lagi apa yang mereka sebut pengelabuan berulang-ulang Romney mengenai capaian-capaian Presiden Obama.
"Malam ini, Mitt Romney kembali mengulang-ulang klaim bahwa Presiden Obama telah meminta maaf kepada Amerika," bunyi salah satu email-email itu. "Tapi sebagaimana disebut seorang penelusur fakta, permintaan maat itu tak pernah ada."
Obama sendiri akan tampil pada Konvensi Partai Demokrat Selasa depan di Charlotte, North Carolina, dua bulan sebelum dia meminta rakyat Amerika untuk memilihnya lagi bagi masa jabatan keduanya.