REPUBLIKA.CO.ID, Permadani pada dasarnya digunakan di dunia Islam sebagai alas lantai masjid dan rumah-rumah.
Tak jarang, permadani pun digunakan sebagai hisan dinding di istana-istana raja pada zaman keemasan Islam.
Para seniman permadani Muslim pada zaman kejayaan Islam biasanya menggunakan bulu domba (wol), kambing, atau bulu unta sebagai bahan pembuatan permadani. Seiring waktu, kapas dan sutra juga dijadikan bahan untuk menciptakan permadani.
Sejarah mencatat, permadani tertua yang berasal dari dunia Islam ditemukan di Fustat—Kairo Tua—bertarikh 821 M. Selain itu, juga ditemukan pula permadani bernilai tinggi yang dibuat pada abad ke-13, 14, dan 15 M.
Berdasarkan pada bentuk ikatan desain hiasannya, permadani peninggalan dari zaman ke jayaan itu terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama berasal dari Spanyol Muslim, tampil dengan desain hiasan geometri.
Jenis yang kedua diyakni berasal dari Anatolia. Desain hiasannya berbentuk binatang. Konon pada abad ke-14 dan 15 M, desain hiasan seperti itu sedang tren.
Adanya kesamaan antara permadani yang ditemukan di Anatolia dan Spanyol Muslim membuat sejumlah sejarawan mengambil kesimpulan bahwa permadani yang ditemukan di kedua wilayah itu sebenarnya adalah permadani yang didatangkan dari Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.
Seni membuat permadani mencapai tingkat tertinggi dalam teknik, kualitas, dan desain pada zaman kekuasaan Dinasti Seljuk Muslim. Menurut Ettinghausen, Dinasti Seljuk-lah pencipta yang sebenarnya permadani Islam.
Sebuah studi telah dilakukan untuk meneliti contoh produk permadani yang tersimpan di Museum Seni Islam di Istanbul dan Konya. Hasilnya, permadani yang tersimpan Museum Istanbul berasal dari Masjid Ala’-Al-Din di Konya berasal dari abad ke-13 M.