REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengungsi akibat konflik di Sampang yang menjadi korban kekerasan pada 26 agustus 2012 dilaporkan memburuk. Korban ditempatkan oleh pemerintah di Gedung Olah Raga Kabupaten Sampang (GOR Sampang) dengan fasilitas yang tidak memadai.
"Sejumlah pengungsi telah jatuh sakit," jelas Koordinator relawan kemanusiaan yang mendampingi korban di GOR Sampang, Muhammad Muadz, kepada Republika, Selasa (4/9). Dia menyampaikan tidak kurang dari 69 orang korban telah jatuh sakit. Sejumlah 20 orang dewasa dan 5 anak-anak diantaranya terdiagnosa terserang penyakit dermatitis venenata; diduga penyakit ini akibat serangan serangga tomcat.
Sejumlah lima orang berusia lanjut, diantaranya, menderita Hipertensi. Kemudian 16 anak-anak menderita infeksi saluran nafas atas (ispa). Tujuh anak-anak menderita diare. Tiga anak-anak menderita febris (panas selama satu hari, dan masih didiagnosa penyakitnya). Ada juga anak-anak terserang maag dan klinis anemia.
Sejak awal Kontras Surabaya telah mengingatkan agar pemerintah memberikan fasilitas yang layak bagi korban, akan tetapi sepertinya pemerintah mengabaikan hal ini. 69 (enam puluh sembilan) korban, yang sebagian besar diantaranya adalah anak-anak telah jatuh sakit, hal ini membuktikan bahwa fasilitas di GOR Sampang tidak memadai dan pemerintah harus memperbaikinya.
Tidak adanya dokter yang stand by, tidak adanya tenaga terapi, sedikitnya paramedis, seringnya pemberian makan yang terlambat, dan kebersihan yang buruk adalah penyebab utama puluhan korban telah jatuh sakit. "Apabila kondisi GOR Sampang tidak diperbaiki sangat mungkin jumlah korban yang sakit akan bertambah," paparnya.
Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan, menegaskan Bupati dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Sampang sama sekali tidak memiliki keseriusan dalam menangani Korban, karena itu sebaiknya penanganan korban diambil alih Pemerintah Pusat atau Pemerintah Provinsi Jatim.