REPUBLIKA.CO.ID, Oleh AA Aribowo/Antara
Cinta tidak memberi apa pun kecuali dirinya sendiri dan tidak mengambil apa pun daripadanya. Cinta tidak memiliki dan tidak dapat dimiliki, karena cinta cukup untuk cinta, kata pujangga klasik Kahlil Gibran.
Ada apa dengan Cristiano Ronaldo? Relatif punya segalanya, dari tahta, kuasa sampai wanita, justru pemain terbaik dunia tahun 2008 versi federasi sepak bola dunia (FIFA)itu kini diterpa kesedihan.
Sontak, media di kolong langit ini terusik dengan melontarkan pernyataan menyelidik, mengapa Ronaldo bersedih? Apakah ia memang tidak bahagia berada di sebuah klub tersohor sekelas Real Madrid?
Dibanderol 10 juta euro per musim, dipuja sebagai pemain kelas wahid, bahkan dikelilingi banyak perempuan cantik sejagat, justru membuat Ronaldo mengalami pengalaman gurun (desert experience), bahwa hatinya kering kerontang dan sanubarinya dahaga akan cinta.
Sejumlah media massa internasional merangkum tiga penyebab kesedihan pemain Portugal itu. Pertama, Ronaldo tidak puas dengan bayaran yang diterima dari Madrid kemudian ia berbuat onar agar gajinya dinaikkan.
Kedua, Ronaldo terbakar iri hati lantaran Andres Iniesta akhirnya terpilih menjadi pemain terbaik versi Uni Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA). Ketiga, Ronaldo merasa disepelekan lantaran ia merasa sudah memberi "yang terbaik" kepada klub. Ibaratnya, cinta Real Madrid bertepuk sebelah tangan kepada Ronaldo.
Soal kuasa uang, jika dibandingkan dengan pemain sepak bola dunia, jumlah gaji Ronaldo itu sama besarnya dengan jumlah gaji yang diterima pemain Brazil Kaka.
Tudingan soal fulus, sontak ia tolak. "Ini tidak ada hubungan dengan soal uang," tulis CR7 lewat media sosial facebook. "Kesedihan yang kini saya rasakan memang memunculkan keguncangan yang kian meluas. Dengan kesedihan itu, saya lantas dituding ingin memperoleh lebih banyak uang. Suatu ketika nanti bakal terkuak bahwa tudingan itu bakal tidak terbukti."
Mengapa ia sampai uring-uringan? Ronaldo agaknya lebih memperhatikan soal harga diri, kehormatan diri dan pengakuan. Soal-soal ini memang tidak ada hubungan dengan cinta akan uang yang tertuang dalam kontraknya di Real Madrid.
Ronaldo merasa bahwa ia tidak mendapat dukungan cinta dari klub, dari sesama rekan pemain atau para pendukung setia Madrid. Ronaldo merasa kecewa dengan respons Real Madrid yang minim cinta. Ia merasa bahwa Madrid kurang memberi cinta agar ia terpilih menjadi pemain terbaik Eropa versi UEFA.
Lama terpendam dalam kuburan cinta akan diri sendiri, Ronaldo terjerambab oleh frustrasi dengan mekanisme pemilihan kapten di Real Madrid, yang semata-mata dilandasi oleh lama pemain itu berada di klub.
Cinta Ronaldo dibalas tuba oleh Real Madrid. Dalam tiga tahun membela Real Madrid, CR7 telah menjaringkan sebanyak 151 gol. Ia berperan memberi tiga gelar kepada klub, masing-masing Piala Raja, La Liga, Piala Raja Spanyol.
Sebagai manusia, Ronaldo boleh-boleh saja merasa sedih. Kini, ingatkah dia bahwa Spanyol tengah dilanda resesi dengan 4,6 juta penduduk Spanyol tidak punya pekerjaan?
Mantan manajer Barcelona, Charly Rexach mengatakan, "Jika Ronaldo merasa sedih, publik harusnya pergi ke jalan kemudian menangis. Ronaldo tidak pandai bersyukur. Ia pemain top, ia punya segalanya, punya banyak uang dan menuai sukses sebagai pemain bola. Saya tidak tahu, apa yang ia inginkan lagi. Ia dihukum oleh kesedihannya sendiri."
Jika Ronaldo terus dibakar iming-iming uang, maka dia akan distempel oleh pecinta bola sejagat sebagai pemain "mata duitan" (madut). Ronaldo tidak hidup di ruang hampa, tulis pengamat bola Marcus Christenson. Pemain asal Portugal perlu lebih peka karena ia berada di Spanyol yang nota bene sedang mengalami krisis keuangan. Bukankah cinta sejati berlaku kini dan di sini (hic et nunc)?
Bunda Teresa (alm) dari Calcutta punya senandung cinta sejati. "Sebarkan cinta ke manapun kamu pergi. Pertama, di rumahmu sendiri. Jangan biarkan orang yang datang kepadamu tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia."
Pejuang kemanusiaan Martin Luther King menyatakan, cinta mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, menenangkan, memberi kekuatan, mengilhami dan yang terakhir, memberi kehidupan.
Baik Bunda Teresa maupun Martin Luther King sama-sama menegaskan bahwa hidup adalah cinta, cinta adalah hidup. Tersenyumlah senantiasa kepada badai yang mengamuk, ini pesan kedua orang bijak itu kepada Ronaldo.
Jika memang kemujuran, kekayaan dan kemakmuran kini sedang tersenyum kepada Ronaldo, maka yang perlu dicamkannya, segala keajaiban yang sekarang diperoleh dan diperjuangkan tidak bertahan selamanya.
Pujangga klasik Seneca punya pernyataan praktis, ketika anda sedang sedih, peganglah cermin dan lihatlah betapa menjijikkan perubahan wajah kita masing-masing.
Ronaldo juga manusia, dia berhak sedih, marah seperti orang kebanyakan. Nah, sebagai prajurit di lapangan bola sejagat, apalagi berjuluk pemain bola nomor wahid, Ronaldo hendaknya bersikap dan bertindak sebagaimana semangat prajurit Romawi. Hidup yang sejati berarti menjadi seorang prajurit (vivere militare).
Kita adalah Ronaldo-Ronaldo itu. Dalam drama Ronaldo, sepak bola tidak hanya berurusan dengan gelontoran fulus. Cinta akan uang membakar "rumah", cinta akan kuasa menghanguskan jiwa, cinta akan tahta memiskinkan cinta.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement