REPUBLIKA.CO.ID, Tak heran, jika dunia pendidikan di Indonesia pada periode kepemimpinan KH Hisyam mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Pada masa kepemimpinannya, Muhammadiyah telah membuka sekolah dasar tiga tahun (volkschool atau sekolah desa).
Sekolah dasar tersebut memiliki persyaratan dan kurikulum sebagaimana yang diterapkan oleh volkschool pemerintah kolonial Belanda.
Setelah itu, ia membuka pula vervolgschool Muhammadiyah sebagai sekolah lanjutannya. Sejak itulah, banyak bermunculan volkschool dan vervolgschool Muhammadiyah di wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Ketika pemerintah kolonial Belanda membuka standaardschool, yaitu sekolah dasar enam tahun, Muhammadiyah pun mendirikan sekolah yang serupa itu. Tak hanya sampai di situ, Muhammadiyah bahkan juga mendirikan Hollands Inlandse School met de Qur'an Muhammadiyah untuk menyamai usaha masyarakat Katolik pada masa itu yang telah mendirikan Hollands Inlandse School met de Bijbel.
Pendirian lembaga-lembaga pendidikan itu juga diikuti dengan kebijakan Kiai Hisyam untuk melakukan modernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dengan begitu, hal itu selaras dengan kemajuan pendidikan yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial Belanda.
Ia berpikir bahwa masyarakat yang ingin memasukkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah umum tidak perlu harus memasukkannya ke sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial. Karena, Muhammadiyah telah mendirikan sekolah-sekolah umum yang mempunyai mutu yang sama dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Belanda.
Dibandingkan dengan sekolah Pemerintah Belanda, sekolah umum yang didirikan Muhammadiyah ini juga menawarkan kurikulum pendidikan agama bagi para peserta didik.
Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak yang mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.