REPUBLIKA.CO.ID, Camilla tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah Inggris. Ayahnya adalah direktur Southampton Institute of Education dan ibunya seorang dosen ekonomi.
Camilla pertama kali bersinggungan dengan Islam saat duduk di bangku sekolah menengah. Dahaganya akan pengetahuan keislaman agak terpuaskan setelah ia masuk bangku universitas.
Karena ketertarikannya terhadap Islamlah, Camilla kemudian mengambil gelar master di bidang studi Timur Tengah.
Ia masuk Islam sejak berusia 20 tahun. Ia berharap bisa memadukan antara Islam dan yoga. Serta bisa menghargai setiap perbedaan dan memberikan nilai-nilai luhur hubungan antarsesama manusia. Juga, menghargai orang tua dan perempuan, sebagaimana ajaran Islam.
Hidayah Melalui Terjemahan Alquran
Banyak cara Allah memberikan kepada hamba yang dikehendakinya untuk menerima kebenaran Islam. Ada yang karena membandingkan kitab suci Alquran dengan lainnya, persoalan perempuan, hak asasi, bahkan melalui bacaan Alquran.
Demikian juga dengan Camilla Leyland. Selain karena perhargaan Islam atas perempuan, pencerahan agama mulia ini ia dapatkan dengan mempelajari Alquran, kendati melalui terjemahannya.
Hidayah dan pencerahan itu ia rasakan saat tinggal dan bekerja di Suriah. Ia semakin tertarik pada Islam setelah membaca terjemahan Alquran. Berawal dari sinilah ia mulai menyadari bahwa Islamlah yang dicarinya selama ini. "Saya pun bertekad untuk menjadi mualaf,'' ungkapnya.