REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Saat ini, bank syariah mungkin tidak sekinclong bank konvensional. Namun, hal itu bukan berarti bank syariah tidak dapat berkembang. Sebab, ke depan diprediksi bank syariah akan mampu menyaingi bank konvensional.
"Saat ini perkembangan bank syariah tersebut membaik, sehingga saya yakin ke depan akan dapat bersaing dengan bank konvesional," ujar Ekonom dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Hendri Tanjung.
Demikian disampaikan Hendri saat menjadi pembicara dalam seminar 'globalazation and its challanges in islamic financial' atau globalisasi dalam tantangan dalam perspektif keuangan islam di Kampus Latansa Mashiro Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Jumat (21/9).
Keberhasilan bank syariah tersebut, lanjut dia, hampir di seluruh daerah sudah berdiri sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Islam.
Saat ini, banyak perguruan tinggi membuka jurusan ekonomi syariah dengan kerja sama bank syariah. Mereka kerja sama itu dengan tenaga kontrak, termasuk Universitas Ibnu Khaldun Bogor.
Ia mengatakan, dengan banyaknya sarjana ekonomi syariah, tentu dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang handal di bidang keuangan syariah. "Bank yang sudah lama pun, seperti Bank BRI, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan lainnya sekarang mendirikan bank syariah, artinya keberadaan bank syariah cukup bagus dan berharap bisa tumbuh pesat seperti bank konvensional," katanya.
Pada 2003, ungkap Hendri, tenaga SDM bank syariah sekitar 70 persen dari karyawan bank konvensional, sedangkan 10 persen yang memiliki ilmu ekonomi syariah. Selama sembilan tahun terakhir ini bank syariah mengalami kemajuan pesat, namun perlu adanya pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang keuangan Islam.
"Saat ini banyak masyarakat yang beragama Islam belum memahami jelas manfaatnya bank syariah. Bila perlu setiap khutbah Salat Jumat para khotib menyampaikan pentingnya bank syariah," katanya.
Juliansyah Noor, dosen ekonomi La Tansa Mashiro Rangkasbitung mengatakan, seorang pemimpin ekonomi Islam harus memiliki sikap iman, akhlak dan jihad. Sebab iman, akhlak dan jihad tidak bisa dipisahkan untuk membentuk karakter Islam. "Kami optimistis ekonomi Islam akan terjadi kemajuan pesat jika pemimpin itu memiliki iman, akhlak dan jihad," katanya.