REPUBLIKA.CO.ID, BANGLADESH -- Teriakan 'Kematian untuk Amerika, Kematian untuk Israel, Kematian untuk Musuh-musuh Islam', tak berhenti menggema di seantero negara-negara muslim dunia. Teriakan itu datang dari para demonstran menyusul sederet penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW dalam dua pekan terakhir.
Ya, umat Islam seantero jagat naik pitam menyusul beredarnya film 'Innocence of Muslims' yang disutradarai warga Amerika Serikat keturunan Mesir, Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula. Dalam film itu Sam Bacile menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai seseorang yang kejam, oportunis dan doyan main perempuan.
Padahal, semua ulama sepakat mengharamkan menggambar Rasulullah SAW, apalagi memfilmkannya. Dan yang dilakukan Bacile jauh lebih mengesalkan karena memvisualisasikan Rasulullah memiliki akhlak buruk.
Belum sembuh luka umat muslim atas film anti-Islam itu, surat kabar Prancis, Charlie Hebdo malah menyiram air garam dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW. Tak ayal, setidaknya puluhan juta umat muslim di 20 negara-negara yang mayoritas beragama Islam mendemo kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Kedubes Prancis.
Demonstrasi teranyar meletus di Republik Rakyat Bangladesh, Sabtu (22/9). Bentrokan terjadi di pusat Kota Dhaka, ketika pengunjuk rasa dari 12 aliansi partai Islam dipukul mundur polisi.
Bentrokan tak dapat dihindari ketika polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah para pendemo. Polisi Bangladesh mengklaim cara tersebut adalah jalan terakhir untuk membubarkan massa yang kian beringas.
Para pengunjuk rasa tak tinggal diam. Mereka menyerang polisi dengan melempar batu. Beberapa sepeda motor dan mobil polisi juga ikut dibakar. "Tak ada pilihan, polisi pun harus melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan mereka," kata Masudur Rahman, Juru Bicara Kepolisian Dhaka kepada AFP.
Sedikitnya 30 orang terluka dalam bentrokan tersebut, dan 40 demonstran ditangkap.
Menyebrang ke Benua Afrika, demonstrasi menentang film anti-Islam dan kartun Nabi Muhammad SAW juga terjadi di Benua Hitam tersebut. Di Nigeria puluhan ribu demonstran turun memenuhi jalan sepanjang beberapa kilometer melalui Kota Kano. Penduduk salah satu kota terbesar di utara Nigeria itu mayoritas beragama Islam.
'Kematian untuk Amerika, kematian untuk Israel, kematian untuk musuh-musuh Islam', teriak para pengunjuk rasa.
Aksi tersebut diselenggarakan Gerakan Islam Nigeria, kelompok pro-Iran yang menganut Syiah dan telah beroperasi di negara Afrika sejak 1970-an. "Kami berada di luar hari ini untuk mengekspresikan kemarahan dan penolakan atas film yang melecehkan Nabi Muhammad SAW," ujar Mohammed Turi, Anggota Gerakan Islam.