REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO – Ekskavasi atau penggalian yang dilakukan tim Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia ke-2 (PATI 2) di situs kota Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menuai beberapa temuan. Salah satu temuannya berupa struktur yang diduga sebagai bagian dari pemandian atau pertirtan yang ada di masa Majapahit.
“Setidaknya ada dua yang paling menarik dari penggalian selama sepekan ini,” ujar Manajer Temuan dan Analisis PATI 2, Wanny Rahardjo, di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (27/9).
Temuan pertama adalah temuan struktur yang terdiri dari batu andesit yang tersusun dengan teratur. Struktur tersebut ditemukan di sektor Nglinguk, Kecamatan Trowulan. Timnya menduga, struktur ini berfungsi sebagai petirtaan di masa lampau.
Dugaannya itu berdasarkan dari adanya fitur berupa sumur dalam jobong di dekatnya. “Temuannya hampir mirip dengan di Candi Minak Jinggo, yang juga terdiri dari batuan andesit. Bedanya, pada situs tersebut tidak dijumpai fitur sumur ini,” terang Wanny.
Situs-situs yang terdapat di Trowulan umumnya terbuat dari batu bata. Dengan adanya temuan ini, kata Wanny lagi, setidaknya ada dua peninggalan Majapahit yang dibangun dari batuan andesit di Trowulan.
Pada 2010, sejumlah warga menemukan dua antefik (ornamen atau arca yang terdapat pada setiap sudut bangunan candi—red) di sekitar lokasi penggalian. Keduanya berbentuk figur Dewa Whisnu dengan posisi tangan berbeda. Dilihat dari ukuran antefik-antefik itu, yang tingginya sekitar 70 cm, Wanny memperkirakan, bangunan utamanya berukuran besar. “Setidaknya, sama besar dengan Candi Minak Jinggo,” imbuhnya.
Temuan menarik lainnya didapati tim pada situs Cancangan Gajah. Situs ini berupa lingga dari batu andesit yang menancap di empat titik di permukiman penduduk. Lokasinya sekitar 80 meter dari Kolam Segaran. Uniknya, kata Wanny, posisi batu-batu ini membentuk pola simetris dengan tangga kolam tersebut. Belum ada interpretasi yang bisa menjelaskan temuan baru ini.
Tidak itu saja, permukaan batu-batu yang menjulang itu seluruhnya polos, tanpa ukiran sama sekali. "Ini masih menjadi tanda tanya. Padahal, pada zaman Majapahit, teknik ukir dan pahat sudah sangat maju," jelas arekeolog dari Universitas Indonesia itu.
Ekskavasi PATI 2 di Trowulan melibatkan 20 dosen dan 80 mahasiswa jurusan Arkeologi dari empat universitas negeri, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Udayana, dan Universitas Hasanuddin. Proses penggalian pada situs, yang diduga sebagai bekas pusat Kerajaan Majapahit itu, dilakukan dari 19-25 September. Lokasinya ada di empat tempat berbeda.