REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Tarik-ulur antara Amerika Serikat (AS) dan Iran berlanjut. Kali ini, AS menolak proposal Iran untuk mengakhiri perseteruan terkait program nuklirnya.
Laporan New York Times edisi Kamis (4/10) menyebutkan, para petinggi AS menilai proposal berisi sembilan poin itu bukan langkah awal yang tepat. Iran memang mengusulkan sembilan poin untuk mengakhiri konfrontasi dengan pihak Barat, terkait nuklir Iran.
Di dalam proposal yang diajukan kepada pihak Eropa itu disebutkan, Iran meminta Barat mencabut sanksi ekonomi terhadap Iran secara bertahap. Sebagai upahnya, Iran akan mengakhiri aktivitas di salah satu pusat program pengayaan uranium Iran.
Namun, Iran pun berkeras bahwa aktivitas yang dihentikan hanya di loaski pengayaan uranium bawah tanah di Fordow. Syaratnya, penghentian hanya akan dilakukan setelah semua sanksi dicabut dan Iran bebas menjual kembali minyaknya.
Bagi AS, proposal Iran itu tidak memadai, demikian ditulis laman Haaretz. Pasalnya, AS menilai Iran bisa saja “mengaktifkan lagi program nuklirnya hanya dalam sekejap mata” setelah semua sanksi dicabut.
Sebelumnya, AS mengusulkan agar sebagai langkah awal Iran menghentikan konfrontasi soal nuklir ini dengan cara menghentikan produksi pengayaan uranium 20 persen. Barat memang yakin, pengayaan uranium tersebut bisa digunakan untuk membuat senjata nuklir.
Langkah itu, kata AS, harus dibarengi dengan pengiriman semua simpanan uranium yang ada, ke luar Iran lalu menutup fasilitas Fordow. Berdasarkan proposal AS ini, sanksi atas Iran baru akan dicabut setelah seluruh pihak menyepakati semua proposal tersebut.