REPUBLIKA.CO.ID, KALIANDA, LAMPUNG SELATAN -- Musim kemarau berkepanjangan tidak selamanya merugikan masyarakat. Para penggali sumur di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, meraup keuntungan menyusul banyak sumur penduduk kering dan harus digali lebih dalam.
Bahkan mereka memasang tarif lebih tinggi dari biasanya.
"Kami sampai kewalahan memenuhi permintaan warga untuk menggali sumur lebih dalam supaya tetap bisa mendapatkan air bersih saat kemarau ini," kata salah satu penggali sumur di Kecamatan Tanjungsari, Lampung Selatan, Fredy, di Tanjungsari, Sabtu.
Jika ia mendapat upah Rp 50 ribu per hari maka di musim kemarau ini, ia menaikkan tarif menjadi Rp 75 ribu per hari. Biasanya ia harus menggali minimal tiga sampai empat hari bahkan lebih.
"Kami sampai menolak pesanan, karena banyak sumur warga yang minta digali lagi saat kemarau ini," ujar dia pula.
Sebenarnya, profesi ini, kata dia, hanya sampingan selain bertani dan beternak, namun pada musim kemarau ini sudah menjadi pekerjaan sehari-hari.
"Upah penggali sumur memang pasarannya Rp75.000 per hari, karena pekerjaan ini sulit dilakukan," kata dia pula.
Dia menambahkan, sejumlah warga daerah itu saat ini memang kesulitan untuk mendapatkan air bersih sementara sumur-sumur mereka sudah kering akibat kemarau panjang yang sudah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
"Kami memang diuntungkan dengan kondisi ini, namun tetap berharap kemarau segera berakhir sehingga dapat menggarap sawah lagi yang saat ini terbengkalai akibat kekeringan," ujar dia.