REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran, Ali-Akbar Salehi, Sabtu (6/10), mencari bantuan Qatar dan menjamin pembebasan 48 warga negara Iran yang diculik di Suriah pada Agustus, demikian laporan Press TV.
Salehi meminta bantuan dalam percakapan telepon terpisah dengan Perdana Menteri Qatar, Sheikh Hamad bin Jassim ath-Thani, dan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, Sabtu. Davutoglu memberitahu timpalannya dari Iran tersebut bahwa Ankara akan melanjutkan upaya untuk pembebasan orang-orang yang diculik, kata laporan itu.
Selain itu, dalam percakapan lain melalui telepon dengan timpalannya dari Suriah, Walid al-Mouallem, pada Sabtu, Salehi juga menyampaikan hal saya. Menurut laporan Xinhua, Ahad (7/10), Salehi menggaris-bawahi perlunya upaya serius bagi pembebasan orang-orang yang diculik.
Pada 4 Agustus, sebanyak 48 warganegara Iran, yang menurut para pejabat Iran adalah peziarah, diculik oleh oposisi di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Pada Jumat, oposisi Suriah mengancam mereka akan menghukum mati warga negara Iran yang diculik. Tindakan itu dilakukan, jika militer Suriah tidak mundur dari daerah pertempuran Ghuta Timur, Damaskus, dan memenuhi tuntutan lain mereka.
Mereka memberi pemerintah Suriah waktu 48 jam untuk menanggapi seruan mereka. Seorang anggota parlemen Iran, Sabtu, mengatakan ancaman oleh gerilyawan Suriah untuk membunuh warga negara Iran yang diculik itu adalah gertakan saja.
"Ini cuma gertakan untuk melancarkan perang urat syaraf sebab mereka tak memiliki cara lain, mereka barangkali menghadapi situasi sulit," kata Mansour Haqiqatpour kepada kantor berita setengah resmi ISNA.
Iran berencana mengirim satu delegasi parlemen ke Suriah dan mengadakan pembicaraan dengan negara yang memiliki pengaruh bagi pembebasan sandera, kata Haqiqatpour.