REPUBLIKA.CO.ID, KABUL- Setelah lebih dari 30 tahun dilanda perang, ekstremisme, dan perkelahian antar etnis, penduduk Afghanistan bakal menemukan sesuatu yang setidaknya dapat mereka sepakati bersama: hasrat untuk sepak bola.
Liga Utama Afghanistan (Afghan Premier League/APL), kompetisi profesional pertama negeri itu, mencapai klimaksnya, pada Jumat mendatang. Sudah sebulan APL gdilangsungkan, dan perkembangannya diikuti dari istana presiden sampai para pekerja biasa.
Diciptakan dari coretan para pecinta sepak bola dan mendapat dukungan keuangan dari beberapa perusahaan terbesar Afghanistan, Liga Utama Afghanistan telah menghiasi kehidupan di negara itu dengan ambisi besar dan sesikit kekisruhan.
Jika terdapat keraguan mengenai keinginan para penggemar untuk pergi ke pertandingan-pertandingan di negara yang kerap dilanda serangan bom Taliban pada masa lalu, pertandingan pertama yang berlangsung pada 18 September dengan cepat menghapus keraguan itu.
Penonton dalam jumlah besar mengerubungi pintu-pintu stadion Federasi Sepak bola Afghan di Kabul, dan polisi terpaksa menggunakan popor senapan mereka untuk menjaga ketertiban.
Para penonton itu akhirnya bisa masuk ke dalam stadion, dan jumlah tempat duduk untuk 3.500 penonton itu hampir terisi penuh ketika mereka ingin menyaksikan Maiwand Atalan (Pahlawan-pahlawan Maiwand) mengalahkan Shaneen Asmaye (Elang-elang Asmayee) dengan skor 3-1. (bersambung)