REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi Partai berbasis massa Islam dinilai semakin terancam kehilangan pendukung. Popularitas dan elektabilitas mereka diprediksi akan semakin melorot jika Pemilu Legislatif diselenggarakan saat ini.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memprediksi lima besar parpol yang akan mendominasi adalah partai nasionalis. Dari 1.200 responden survei, mayoritas mendukung partai nasionalis, ketika ditanyakan jika Pemilu Legislatif digelar hari ini maka partai apakah yang akan dipilih.
Golkar menduduki posisi tertinggi dengan perolehan suara 21 persen. Kemudian disusul PDIP dengan 17,2 persen suara. Demokrat memperoleh 14 persen. Gerindra hanya 5,2 persen. Sementara Nasdem diprediksi memperoleh lima persen suara. Sisanya adalah pendukung berbagai partai yang jumlahnya 13,4 persen.
LSI mendifinisikan Partai nasionalis sebagai partai berasaskan Pancasila dan berbasis pemilih nonagama. "Lima partai itu memperoleh dukungan 5 sampai 21 persen," jelas Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di Jakarta, Ahad (14/10). Menurutnya prediksi perolehan suara ini menunjukkan pertarungan sengit pada Pemilu nantinya adalah antar partai nasionalis, bukan partai Islam.
Sementara partai Islam seperti PKS, PPP, PAN, dan PKB, hanya memperoleh suara di bawah lima persen. "Tidak ada satupun dari partai Islam memperoleh suara diatas lima persen," imbuh Adjie. Partai Islam adalah partai berbasis massa Islam atau berideologi Islam.
Adjie melihat dukungan terhadap parpol Islam semakin melorot adalah wajar. "Tren suara perolehan partai Islam selalu menurun," jelas Adjie.
Berdasarkan data-data sebelumnya, pada Pemilu 1955 parpol Islam memperoleh 43,7 persen. Pada 1999 menurun menjadi 36,8 persen. Pada Pemilu 2004 suara partai Islam menurun lagi menjadi 36,1 persen. Pada 2009 suara parpol Islam semakin melorot menjadi 23,1 persen. Jika saat ini digelar Pemilu maka perolehan suara Parpol Islam hanya 21,1 persen. "Partai Islam punya kecenderungan turun dari masa ke masa," jelas Adjie.
LSI menilai partai Islam semakin tidak memiliki posisi tawar tinggi. Pemilu 2009 adalah bukti nyata kegagalan parpol Islam memeperoleh suara. Akibatnya, parpol tiga besar adalah Demokrat, Golkar, dan PDIP.
Sementara parpol Islam baru menduduki posisi keempat, yaitu PKS dan PAN di urutan kelima. "Ini mengakibatkan SBY memilih pendamping Boediono yang merupakan representasi kaum nasionalis, bukan kaum Islam," jelas Adjie.
Pengumpulan data survei dilakukan mulai awal hingga delapan Oktober kemarin. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling atau sistem pengacakan berjenjang. Sejumlah 1.200 responden ditemui tatap muka untuk diwawancarai. Survei ini diprediksi memiliki margin error sebesar 2,9 persen.