REPUBLIKA.CO.ID, Mensyiarkan Islam di Papua adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
Meski bukan perkara mudah dan banyak tantangan berat mengadang, aktivitas dakwah harus senantiasa ditumbuhsuburkan agar napas keislaman bisa diembuskan ke seluruh pelosok Tanah Air, tak terkecuali Papua.
Kepada wartawan Republika, Fitria Andayani, pegiat dakwah di Papua dan Pendiri Yayasan Al-Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), Ustaz Fadzlan Garamatan, beberapa waktu lalu mengisahkan lika-liku dan pentingnya berdakwah di Papua. Berikut petikannya:
Benarkah Islam adalah agama yang pertama ada di Papua?
Benar. Islam masuk ke Papua pada tahun 1200, dibawa oleh Sultan Iskandarsyah dari Pasai, lebih dulu daripada masuknya Kristen yang baru sampai di Papua pada 1855.
Jadi, jauh sebelum itu Islam sudah ada di Papua. Tetapi, kebanyakan orang Papua tidak tahu soal ini. Bukan salah mereka karena pada perkembangannya setelah Indonesia merdeka, orang Islam mulai tidak diperhatikan.
Padahal, mereka turut dalam membuat Papua kembali ke pangkuan Indonesia. Mereka hanya memperhatikan umat lain. Meski demikian, orang Islam asli Papua tidak membenci agama lain. Islam tidak membenci.
Apa tantangan dalam mensyiarkan Islam di Papua?
Di dalam dakwah tidak ada tantangan. Semua tantangan harus dihadapi. Dan, semua tantangan tersebut hanya bisa diatasi oleh orang-orang Muslim yang betulbetul terpanggil jiwanya untuk berdakwah di Papua, bukan mereka yang berdakwah karena mengharapkan materi.
Hanya karena dikontrak Rp 40 juta, misalnya, dia baru mau berdakwah. Yang begitu namanya bukan berdakwah, melainkan cari kerja. Dakwah di Papua berbeda dengan di Jakarta. Di Papua, nilai-nilai Islam harus disampaikan secara serius, tidak bisa menggunakan metode seperti dakwah yang disampaikan ustaz-ustaz di televisi yang dengan lelucon. Itu namanya pelawak.
Dakwah adalah pekerjaan paling bergengsi di hadapan Allah. Dalam berdakwah kita tidak bisa melakukan kecurangan. Pendakwah memberi tahu Islam kepada yang belum tahu sehingga dalam diri mereka muncul ketakwaan. Dakwah bukan urusan uang. Dakwah dilakukan dengan kemauan yang tulus. (bersambung)