REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sikap acuh pemerintah Prancis terkait serangan rasis terhadap sebuah masjid oleh kelompok sayap kanan memicu reaksi komunitas Muslim.
Melalui Dewan Iman Muslim Prancis (CFCM), komunitas Muslim meminta perlindungan penuh terhadap minoritas dan tempat-tempat ibadah mereka. "Kami juga menuntut pembubaran kelompok itu," kata Ketua CFCM, Mohammed Moussaoui, seperti dikutip reuters.com, Rabu (24/10).
Permintaan itu merupakan puncak kegusaran komunitas Muslim atas perlakuan berat sebelah pemerintah.
Yang membuat komunitas Muslim khawatir, serangan sayap kanan tidak lagi di luar melainkan di dalam masjid. Mereka berani menaiki atap masjid sembari membentangkan dua spanduk.
Satu spanduk mengungkap identitas mereka. Spanduk lain menyatakan,"Charles Martel mengalahkan Arab di Poiters pada tahun 732. Pertempuran Poiters adalah kemenangan bangsa Eropa terhadap invasi dunia Arab di masa kejayaan peradaban Islam.
Kelompok sayap kanan baru keluar dari masjid setelah mendudukinya selama enam jam. Mereka diusir polisi, lantaran dianggap menyebarkan kebencian rasial dan diskriminasi.
Moossaoui mengatakan untuk kali pertama sebuah masjid di Prancis diduduki seperti itu. Ini merupakan tanda eskalasi baru kekerasan terhadap Muslim. "Belum lagi serangan rasis terhadap pemakaman Muslim terus meningkat," kata dia.
Moossaoui mengungkap kekerasan dan intimidasi terhadap Muslim meningkat sebesar 34 persen pada tahun 2011. Pertengahan tahun ini saja, tingkat kekerasan diperkirakan naik 14 persen.