REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi akan mengunjungi Myanmar pada November. Kunjungan itu terkait masih berlangsungnya pembantaian muslim Rohingya di negara tersebut.
Hal itu dingungkapkan anggota parlemen Iran, Sayyid Hossein Naqavi Hosseini, Senin (29/10, seperti dilaporkan Islam Times. Ia mengatakan, Iran tidak mempunyai kedutaan atau konsulat di Myanmar, dan tujuan kunjungan tersebut membangun hubungan diplomatik dengan Naypyidaw.
"Berlangsungnya kekejaman di Myanmar patut disesalkan, tetapi, lebih disesalkan lagi adalah bungkamnya badan-badan hak asasi manusia internasional yang tidak menunjukkan reaksi terhadap kejahatan-kejahatan tersebut," ungkapnya.
"Ini adalah keajaiban, bagaimana sebuah organisasi bisa mengeluarkan resolusi dan laporan hak asasi manusia melawan Republik Islam setiap hari, namun menutup mata di Myanmar dan tidak menunjukkan reaksi apapun," tambah anggota parlemen Iran itu.
Sementara itu, wakil Ketua partai Demokrat Muslim Nasional untuk Pembangunan Myanmar (NDPD), Hla Thein mengatakan, Jumat (26/10), lebih dari 100 Muslim Rohingya tewas dalam gelombang kekerasan sektarian di provinsi Rakhine, bagian barat negara itu.
Ketegangan terus meningkat di Rakhine, dan memaksa umat Islam mengungsi ke kamp-kamp pengungsian darurat di ibukota provinsi Sittwe. Myamnar yang mayoritasnya Buddha, menolak mengakui Rohingya dan dianggap sebagai pendatang gelap, meskipun sejarah menunjukkan, mereka hidup disana sejak awal abad ke-8.