REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Perayaan Halloween akan diperingati sebagian masyarakat dunia pada Rabu (31/10). Terkait hal tersebut, Gereja Katolik di Polandia memperingatkan akan pengaruh peringatan ini terhadap keimanan umat Kristen.
Pihak gereja menilai perayaan Halloween di zaman modern saat ini berisiko sebagai ajang ritual setan. "Halloween mempromosikan mistis dan sihir. Dengan kedok untuk menyenangkan anak-anak dan orang dewasa, mereka akhirnya terlibat dalam ritual klenik yang bertentangan ajaran Gereja dan Kristen,'' kata pihak gereja dalam situs resminya seperti dikutip dari kantor berita AFP.
Uskup agung gereja Polandia Andrzej Dziega menilai bahwa perayaan 31 Oktober itu justru memperkenalkan paganisme kepada kaum muda. "Ini dapat menimbulkan kerusakan kehidupan spiritual," kata Uskup Agung Szczecin-Kamien seperti dikutip dari BBC.
Seperti diketahui, bagi sebagian masyarakat dunia, khususnya di negara Barat, tanggal 31 Oktober kerap dianggap sebagai perayaan Day of The Death atau sering disebut Halloween. Beberapa negara di dunia akan menyambutnya dengan pesta kostum yang identik dengan kesan seram dan hantu.
Di Indonesia perayaan Halloween, khususnya bagi umat Muslim, dianjurkan untuk tidak ikut dirayakan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengimbau umat Muslim untuk tidak ikut-ikutan merayakan peringatan itu.
''Janganlah kita ikut-ikutan merayakan. Karena itu bukan budaya kita. Kita sudah punya budaya, kepribadian dan jati diri sendiri,'' kata KH. Amidhan Ketua MUI Pusat kepada ROL Selasa (30/10).
Meski begitu Amidhan juga mengimbau agar umat tidak mempersoalkan bila ada umat lain yang merayakannya. ''Itu tidak perlu dipersoalkan. Karena itu kan cuma sebuah budaya,'' lanjut dia.
Menurut dia, yang menjadi persoalan adalah jika umat Islam ikut-ikutan merayakannya. ''Kalau dikaitkan dengan dengan ajaran agama Islam itu dilarang. Karena hal tersebut bisa menjurus ke syirik,'' kata dia.