REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Presiden Republik Indonesia (RI) pertama Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta telah bergelar pahlawan nasional. Namun, selain kedua tokoh proklamator tersebut, ada sosok perempuan yang juga dinilai layak mendapatkan gelar pahlawan. Ia adalah istri kedua mendiang Soekarno, Fatmawati.
Demikian disampaikan akademisi dari FISIP Universitas Bengkulu Agus Setyanto. Ia menjelaskan di Bengkulu, Kamis (8/11), bahwa Fatmawati yang lahir di Bengkulu, 5 Pebruari 1923 sebagai putri tunggal keluarga H Hassan Din dan Siti khadidjah telah memiliki peran besar dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
"Masa kecil Fatmawati penuh tantangan dan kesulitan, akibat sistem kolonialisme yang dijalankan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dengan kemandiriannya ia menggerakan perekonomian pedagang-pedagang kecil kala itu," kata dosen yang juga penulis buku 'Orang-Orang Besar Bengkulu' ini.
Peran serta wanita dalam pembangunan, lanjut dia, telah ditunjukkan Fatmawati seperti sering melakukan kegiatan sosial, aktif membantu masyarakat yang buta huruf, mendorong kegiatan kaum perempuan, baik dalam pendidikan maupun ekonomi.
"Bukan hanya sekedar menjahit bendera, ia sendiri telah mempunyai nilai-nilai kejuangannya sejak kecil, dengan ketekunan, kedewasaan, keimanan, dan kesabaran seperti saat mulai ditinggal ayahnya," kata dia.
Fatmawati juga sudah mendesain dan menyiapkan matang-matang tentang makna-makna dari bendera tersebut hampir selama 1,5 tahun saat mengandung Guruh Soekarno Putra, karena ia mengerti Indonesia akan mengalami era kemerdekaan. "Untuk itu persiapan dari bendera tersebut dibuat bukan hanya sekedar menjahit bendera," jelas Agus.
Apresiasi Fatmawati di Kota Bengkulu sendiri dibuat dalam bentuk penghargaan sekaligus untuk menjadi kenangan atas jasanya selama ini, dengan diubah nama Bandar Udara Padang Kemiling menjadi Bandar Udara Fatmawati yang diresmikan oleh Megawati Soekarnoputri, ketika menjadi Presiden RI.