REPUBLIKA.CO.ID,RIO DE JENAIRO -- Pemerintah Brasil memerintahkan sejumlah ilmuwannya untuk melakukan proses kloning pada beberapa jenis hewan langka di negara tersebut, di antaranya Jaguar, Trenggiling, dan Serigala. Hasil kloning tersebut ditujukan untuk koleksi kebun binatang.
Keputusan pemerintah tersebut menyulut keprihatinan di kalangan pemerhati lingkungan dan ahli-ahli konservasi dunia meskipun, tujuan pemerintah sebenarnya adalah menghindari kepunahan hewan tersebut di habitat aslinya.
Ahli-ahli konservasi khawatir jika kloning tersebut dilegalkan pemerintah, maka permintaan pasar atas hewan tersebut akan bertambah untuk tujuan komersial. Pada akhirnya ini akan berdampak pada beralihnya perhatian pemerintah untuk tugas yang lebih penting, yaitu perlindungan habitat.
Selama dua tahun terakhir, sejumlah ilmuwan di Lembaga Penelitian Pertanian Embrapa dan Kebun Binatang Brasil, telah mengumpulkan sel somatik dan spermatozoa dari delapan jenis hewan terancam punah, termasuk di dalamnya Rusa Brocket Abu-Abu, Bison, Coati, Singa Hitam Tamaris, dan Anjing Bush.
Tahap berikutnya, ilmuwan tersebut juga mengajukan permohonan izin dari pemerintah untuk melakukan percobaan pada 420 sampel yang telah mereka kumpulkan. Tahap akhirnya adalah melakukan reproduksi hewan secara hibrida.
"Kloning ini khusus untuk koleksi kebun binatang. Kami saat ini belum ingin membahasnya dari aspek dan ketentuan-ketentuan konservasi," kata salah satu peneliti Embrapa, Carlos Martins Frederico, dikutip dari The Guardian, Kamis (15/11).
Idenya adalah menguji teknologi kloning sehingga kebun binatang tak perlu mengambil spesies asli dari habitas alaminya.
Brasil bukan negara pertama yang menghalalkan teknik kloning ini. Ilmuwan Amerika Serikat, dalam beberapa tahun terakhir, mencoba mengkloning Macan Hitam Afrika. Ilmuwan India mencoba mengkloning Kerbau Liar, Cina dengan Panda, dan Jepang dengan Ikan Paus bahkan Gajah Mammoth yang sudah punah.