Kamis 22 Nov 2012 18:49 WIB

YLKI Usul Pemberlakukan Tarif Lama KRL

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Dewi Mardiani
Rel KRL jalur Jakarta-Bogor yang anjlok akibat longsor di Desa Babakan Sirna, Cilebut, Bogor, Jabar, Kamis (22/11). (Republika/Musiron)
Rel KRL jalur Jakarta-Bogor yang anjlok akibat longsor di Desa Babakan Sirna, Cilebut, Bogor, Jabar, Kamis (22/11). (Republika/Musiron)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta PT KAI memberlakukan tarif lama KRL Commuter Line. Hal ini menyusul terjadinya longsor di KM 45 lintas Bojonggede-Cilebut.

Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengatakan harusnya potongan harga jangan hanya Rp 1.000. "Untuk penumpang tujuan Bogor harusnya ada potongan Rp 2.000," ujarnya saat dihubungi, Kamis (22/11). Pasalnya, bila hanya dipotong Rp 1.000, hal itu tidak bisa menutupi ongkos penumpang dari Bojonggede ke Bogor. Lain halnya bila pemotongan tarif Rp 2.000, maka masih memungkinkan tertutupinya ongkos penumpang yang tidak bisa menuju Bogor menggunakan kereta.

Tulus tidak menyalahkan PT KAI atas musibah longsor yang terjadi. Namun, kata Tulus, harusnya PT KAI bisa memetakan mana saja titik rawan saat musim penghujan, sehingga bisa diambil langkah antisipatif. Dengan begitu, tidak ada konsumen yang terlantar akibat ketiadaan akses kereta menuju Bogor. "KAI harus mempercepat perbaikan rel," ucapnya.

Bila perbaikan terjadi berlarut-larut, maka penumpang akan mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos kerjanya sehari-hari. "Lain halnya bila KAI mau memotong tarif Rp 2.000 (memberlakukan tarif lama)," kata Tulus.

Musibah longsor ini menyebabkan perjalanan kereta api dari Stasiun Bogor hingga Stasiun Bojong Gede tidak dapat beroperasi. Perjalanan KRL hanya bisa dilakukan mulai dari Stasiun Bojong Gede ke Jakarta Kota, Tanah Abang, dan Jatinegara ataupun sebaliknya. Kedalaman longsor terjadi 35 meter dan panjang 200 meter. Akibatnya, terdapat jalur rel yang menggantung sepanjang 75 meter.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement