REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Keputusan Presiden Mesir, Muhammad Mursi, mengeluarkan dekrit memicu bentrokan di Kairo, Sabtu (24/11). Ribuan pemuda Kairo yang geram membuat kericuhan dengan melemparkan bebatuan ke arah pasukan keamanan dan juga membakar sebuah truk polisi.
Para pemuda Kairo ini melakukan unjuk rasa di pusat Kota Kairo sebagai bentuk protes atas kekuasaan Mursi. Para polisi menembakkan gas air mata di sekitar Tahrir Square, lokasi pemberontakan pada 2011 ketika menggulingkan Hosni Mubarak. Bentrokan juga terjadi di Alexandria, Port Said, dan juga Suez.
Para demonstram mengecam dekrit presiden yang dimaksudkan untuk melindungi revolusi Mesir menuju demokrasi tersebut. Selain itu, ribuan pemuda juga menuduh Mursi telah melakukan kudeta.
Pada Kamis (22/11) lalu, Mursi mengeluarkan dekrit yang berisi bahwa segala keputusannya melebihi hukum legal sampai parlemen baru terpilih. Lawan politik Mursi menganggap tokoh Ikhwanul Muslimin itu ingin menjadi 'Husni Mubarak baru' dengan melakukan pembajakan revolusi Militer.
Seorang aktivis, Ahmad Saleh, mengatakan ribuan pemuda akan berdiri di Tahrir Square sampai keputusan Mursi tersebut dicabut. Mereka juga meminta Mursi meletakkan jabatannya.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan juga PBB menyatakan keprihatinnya atas langkah yang diambil Mursi. Para lawan Mursi telah mengecamnya sebagai Fir'aun yang ingin memaksakan visi Islam-nya di Mesir.
Sementara itu Mursi mengatakan keputusannya dimaksudkan untuk mempercepat transisi menuju demokrasi yang telah lama terhalang oleh hambatan hukum. “Saya untuk semua orang Mesir,” kata Mursi. Ia juga mengatakan akan tetap berkomitmen untuk revolusi Mesir.