REPUBLIKA.CO.ID,BENGKULU--Gabungan Pengusaha Batu Bara Provinsi Bengkulu mengusulkan harga solar bersubsidi dinaikkan menjadi Rp6.000 per liter untuk mengatasi kelangkaan.
"Kenaikan harga tersebut sudah sesuai dengan batasan maksimal kemampuan pengusaha yang juga terbeban cicilan kredit kendaraan. Bila harga melebihi Rp 6.000 maka akan mengakibatkan ribuan sopir truk batu bara kehilangan pekerjaan," kata Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Batu Bara (Gapabara) Provinsi Bengkulu, Yurman Hamedi, Senin.
Saat ini ada sekitar 1.400 truk berstatus kredit yang digunakan untuk mengangkut batu bara dari pertambangan di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah dan Seluma ke pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
"Akibat kelangkaan BBM solar bersubsidi dalam beberapa hari terakhir, kerugian ribuan sopir truk pengangkut batu bara mencapai Rp16 miliar per hari," katanya.
Ia menjelaskan, sejak kelangkaan solar, supir truk lebih banyak menghabiskan waktunya mengantre untuk membeli BBM solar bersubsidi di SPBU baik di dalam Kota Bengkulu maupun di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Seluma.
Supir truk batu bara, Nuryahya mengatakan, akibat lama mengantre BBM solar bersubsidi di SPBU, ia tak bisa bekerja secara maksimal.
"Dalam kondisi normal saya bisa mengangkutkan batu bara lima kali dalam sehari, tetapi sejak solar langka hanya bisa mengangkut batu bara dua kali per hari," katanya.