REPUBLIKA.CO.ID, NKARA - Wakil Perdana Menteri Turki dan Juru Bicara Pemerintah Bulent Arinc, Senin (26/11), mengatakan satu delegasi teknis dijawalkan tiba di Turki, Selasa, sehubungan dengan penggelaran sistem pertahanan rudal Patriot di Turki.
Delegasi teknis tersebut direncanakan memberitahu NATO mengenai lokasi yang mungkin bagi penggelaran sistem pertahanan rudal Patriot dan jumlah sistem yang akan dipasang, kata Arinc kepada wartawan setelah pertemuan kabinet Turki.
Arinc mengatakan, "Turki adalah anggota NATO dan kami kira rudal ini perlu dipasang hanya untuk tujuan pertahanan."
Pada Rabu (21/11), Turki telah mengajukan permohonan resmi kepada NATO bagi penggelaran rudal Patriot di sepanjang perbatasan dengan Suriah.
Wilayah itu telah menyaksikan peningkatan ketegangan antara kedua negara bertetangga, setelah bom nyasar dari Suriah mendarat di Turki, dan menewaskan lima orang.
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan NATO akan membahas permintaan Turki tanpa penundaan. Dan satu tim teknis dari NATO direncanakan mengunjungi Turki guna membahas kemungkinan penggelaran tersebut.
"Jika disetujui, penggelaran akan dilakukan sejalan dengan rencana pertahanan udara NATO. Terserah kepada negara anggota NATO yang akan menerima Patriot," kata Rasmussen.
Cuma Amerika Serikat, Jerman dan Belanda menjadi negara NATO yang memiliki rudal Patriot di dalam simpanan senjatanya. NATO pernah menempatkan baterei anti-pesawat di Turki dua kali selama perang Irak 1991 dan 2003. Baterei itu tak pernah digunakan dan dipindahkan beberapa bulan kemudian.