REPUBLIKA.CO.ID, Nyaris tak ada kendala untuk melaksanakan ibadah dan aktivitas keislaman di negeri ini.
Fiji adalah rumah bagi sekitar 62.534 umat Islam. Islam masuk Fiji pada 1879. Adalah Muslim dari India yang pertama kali datang ke Republik Kepulauan Fiji.
Mereka adalah pekerja kasar dari India yang didatangkan oleh penjajah Inggris. Ada yang berasal dari Kalkuta, Madras, Punjab, bahkan Afghanistan.
Mereka dikontrak untuk bekerja di Fiji selama lima tahun. Setelah masa kontrak berakhir pada 1884, sebagian dari mereka memilih tetap tinggal di kepulauan itu. Lalu, mereka membentuk komunitas Islam di negara yang kini berpenduduk 849 ribu jiwa itu.
Umat Islam di Fiji pun kemudian memilih seorang imam dan mulai menggelar aktivitas keagamaan bersama, seperti shalat berjamaah, mengaji, hingga urusan-urusan muamalah lainnya.
Lantaran tingkat pendidikan umat Islam yang awal datang ke Fiji rendah, mereka menjadikan Islam sebagai sebuah kepercayaan yang disebarkan dengan budaya oral. Untunglah ada beberapa kuli kontrak yang hafal Alquran.
Salah satunya Mulla Mirza Khan, imigran yang datang ke Fiji pada1898. Dia berkontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan Muslim Fiji akan pendidikan dan agama.
Awalnya, umat Islam di Fiji harus menyembunyikan keyakinannya. Satu dekade kemudian, barulah mereka berani menampilkan jati diri sebagai komunitas Muslim. Sejak itu, mereka leluasa menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW atau menyelenggarakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha secara terbuka.
Menurut catatan sejarah, baru pada 1894, Muslim di Navua, Fiji, melaksanakan penyembelihan hewan kurban dan mengadakan shalat Idul Adha bersama di rumah seorang warga Muslim.
Saat itu, belum ada masjid. Masjid pertama baru berdiri di Navua pada 1900 M di atas tanah milik sebuah perusahaan gula. Sebuah masjid dan sekolah juga dibangun di Nausori di atas tanah Colonial Sugar Refining Company. Dua tahun kemudian, satu masjid lagi berdiri di Labasa.