REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski pikirannya tentang konsep ketuhanan sudah mulai terbuka karena mempelajari Islam, Jeffrey S. Glazer alias Abdul Haq tidak serta merta menerima Islam.
Terlebih dahulu, ia pelajari dasar-dasar spiritualitas, ilmu pengetahuan dan metafisika sebagai bekal dirinya mempelajari satu agama. Setelah itu, ia bandingkan Islam dengan agama lain. Dalam proses itu, ia baca Alkitab, Perjanjian Lama, Taurat, Perjanjian Baru, Hindu dan Taoisme.
Pelajaran utama yang ia dapat dalam proses itu adalah keyakinannya terhadap eksistensi Tuhan. Setelahnya, ia pelajari kitab suci sebagai konfirmasi.
Abdul memulainya dengan membaca Taurat dan Alquran. Ketika membaca keduanya, Abdul menerima Alquran dengan alasan banyak jawab logis di dalamnya. (baca: Abdul Haq: Mencari Kebenaran Sejati, Islam Solusi).
"Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Saya juga menyukai prinsip dasar politik Islam yakni berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan," ucapnya seperti disitat dari onislam.net.
Pada satu titik, ia bersiap untuk menerima Islam. Ia mulai mempelajari bagaimana cara seorang muslim berdoa.
Ia beli literatur Islam di toko. Suatu hari, ia bertemu dengan Imam Siraj Wahhaj dari Masjid Takwa di Boorklyn. Setelah obrolan, Imam Siraj mengundangnya untuk berdiskusi. Tak lama, Imam Sirajlah yang membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.