REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA –- Pertumbuhan pencetakan sarjana belum sebanding dengan lapangan kerja yang dihasilkan membuat banyak sarjana menganggur pascalulus.
Sekretaris Jendral Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Harry Warganegara Harun mengatakan sarjana di Indonesia dianggap masih ‘mentah’.
Sementara, lapangan kerja di Indonesia sebagaian besar mengharapkan mengharapkan calon pegawai yang sudah berpengalaman. Tak sedikit perusahaan justru lebih mencari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang lebih berpengalaman dibandingkan sarjana.
“Sarjana di Indonesia belum memiliki pengalaman kerja,” ujar Harry, saat dihubungi, Senin (3/12).
Harry mengatakan semestinya ada peraturan menteri yang mewajibkan perusahaan bekerjasama dengan perguruan tinggi agar menerima mahasiswanya untuk magang. Harry menceritakan saat dia kuliah S1 di New York, selama dua tahun dia bekerja di perusahaan. Siang hari ia bekerja, lalu melanjutkan kuliahnya di malam hari. Aktivitas ini, kata dia merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang harus ia jalani demi mendapatkan gelar sarjana.
Namun Harry menyangangkan cara ini belum berlaku di Indonesia. Umumnya, perusahaan hanya memberikan kesempatan ‘magang’ bagi mahasiswa hanya dalam waktu satu bulan. Periode waktu ini, menruut dia belum bisa menjadikan calon sarjana memiliki pengalaman kerja.
“Semestinya ada permen (peraturan menteri) yang mewajibkan perusahaan menerima mahasiswa, seperti tren CSR (corporate social responsibility),” katanya.
Harry mengatakan lulusan sarjana semestinya masuk dalam level manajemen di perusahaan. Namun, minimnya peluang kerja yang sesuai dan membludaknya sarjana, membuat banyak sarjana terpaksa menjalani pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikannya. Harry mencontohkan beberapa sarjana terpaksa menjadi supir taksi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran pada bulan Agustus mencapai 7,2 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 6,14 persen. Lulusan perguruan tinggi mendominasi angkat TPT sebesar 12,12 persen, terdiri dari 6,21 persen lulusan diploma dan 5,91 persen lulusan universitas.