REPUBLIKA.CO.ID, Menjadi sarjana, bukan jaminan mendapat pekerjaan. Sebut saja Ika. Lulusan Sastra Inggris Universitas Negeri Yogyakarta ini sudah setahun mencari pekerjaan tetap.
Keinginannya tidaklah muluk-muluk. Ika hanya ingin bekerja di sebuah perusahaan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang ia dapatkan dari kampusnya. Gadis berkulit kuning dan berusia 25 tahun ini merupakan lulusan sarjana sastra Inggris.
Sebelum lulus, Ika sudah bekerja sambilan sebagai copywriter milik seorang temannya di Yogyakarta. Namun, pekerjaann ini hanyalah sementara.
Ikan masih butuh pekerjaan tetap di sebuah perusahaan. Sering kali ia melamar pekerjaan yang saat ini dapat dengan mudah ia temukan melalui internet. Namun, sudah setahun ini ia belum mendapatkan pekerjaan.
"Dari instansi swasta, BUMN, Perbankan dan bahkan CPNS saya sudah daftar, tapi memang belum rezekinya," katanya. Tak jarang ia mendapatkan panggilan wawancara di luar kota, seperti Surabaya, Jakarta, dan Bandung. Namun, keberuntungan sepertinya memang belum berpihak padanya.
Sering kali ia merasa putus asa ketika ia gagal mendapatkan pekerjaan yang dilamarnya. Bahkan ia sering frustasi memikirkan masa depannya. Namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Menurutnya, untuk mencari pekerjaan itu mudah. Tapi sulit mendapatkannya. "Sekarang dengan internet kita bisa mencari lowongan pekerjaan, yang susah itu mendapatkan pekerjaan yang sudah dilamar," ceritanya.
Meskipun banyak lowongan kerja, namun ia mengeluhkan background pendidikannya yang tidak sesuai dengan kriteria perusahaan. Bahkan batas usia yang menjadi kriteria perusahaan terkadang membuatnya harus mengurungkan niat untuk melamar pekerjaan tersebut.
Sudah tak terhitung lagi berapa kali ia melamar dan harus bolak-balik ke luar kota untuk memenuhi panggilan wawancara. Namun, ia selalu gagal mendapatkannya.
"Banyak yang harus dikorbankan kalau melamar pekerjaan. Korban waktu harus bolak-balik luar kota, butuh biaya yang banyak, bahkan sering korban kekecewaan karena selalu gagal," katanya sambil tertawa.
Tak lama ini, ia mendaftar di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Ika mencoba tetap optimis meskipun ia selalu gagal dan membuatnya putus asa.
"Semakin lama menganggur itu semakin membuat down, putus asa. Tapi saya nggak mau berlarut-larut," katanya.
Ika tidak tahu apa yang akan dilakukannya apabila bertahun-tahun ia belum mendapatkan pekerjaan. "Saya nggak bakat bisnis, jadi //nggak// berniat buka usaha. Mungkin kalau belum dapat, ya lanjutin dulu jadi freelance copywriter," jelas Ika.