REPUBLIKA.CO.ID, Hasil sebuah survei memperlihatkan bahwa warga Jakarta masih memilih pemimpin daerahnya berdasarkan latar belakang primordial. Menurut pengamat politik, Burhanudin Muhtadi, hal semacam ini tidak seharusnya terjadi di kota yang cenderung heterogen dan dihuni kebanyakan masyarakat kelas menengah atas yang cenderung lebih rasional seperti Jakarta.
Hal itu, kata dia, pernah terjadi pada abad pertengahan di Amerika, saat seorang calon Gubernur kulit hitam di California yang memiliki rekam jejak baik, kalah hanya karena stigma kulit hitamnya. "Tapi kalau terjadi di Jakarta di masa era informasi dan teknologi sekarang ini saya pikir ini temuan yang sangat mengejutkan ya," jelas Burhan, Jumat (6/4).
Telesurvei yang dilakukan Pedoman News merilis penelitiannya. Dari 1180 responden, 36 persen memilih Gubernur berlatarbelakang suku Betawi, hanya 6 persen yang memilih non-betawi, sedangkan 68 persen sisanya menganggap sama saja.
Menurut Burhan, mengingat permasalahan Jakarta yang sudah sedemikian kompleksnya tidak seharusnya memilih pemimpin Jakarta dari indikator primordial semata. "Inilah yang harus kita waspadai, sebaiknya pemilih Jakarta tidak lagi memilih berdasarkan stigma atau simpati terkait agama, primordial, pilihlah yang dipandang mampu menuntaskan permasalahan Jakarta," ujarnya.