Rabu 13 Jun 2012 09:10 WIB

Naik Motor Bak Terbuka, Hendardji Keliling Muara Angke

Rep: Amri Amrullah/ Red: Dewi Mardiani
Hendardji Soepandji menaiki motor bak terbuka, Selasa (12/6).
Foto: Republika/Amri Amrullah
Hendardji Soepandji menaiki motor bak terbuka, Selasa (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berbagai kesan yang ingin ditunjukkan para pasangan calon di Pilkada DKI 11 Juli mendatang. Salah satunya Calon Gubernur (Cagub) nomor 2, Hendardji Soepandji yang menaiki motor bak terbuka dan mengelilingi wilayah Muara Angke.

Hendardji berkeliling Muara Angke untuk menyapa warga Kumuh dan Miskin (Kumis) di wilayah tersebut. Ditemani sejumlah tokoh masyarakat setempat, cagub independen ini, melihat dari dekat kehidupan nelayan yang tinggal di Pengasinan, Selasa (12/6) malam.

Dalam perjalanan kelilingnya, Cagub yang akrab disapa Bang Adji ini, singgah di beberapa tempat. Diantaranya, di Musholla Nurul Jihad, Taman PAUD, Puskemas Kelurahan, SMP Negeri 26 dan SD. Warga setempat pun menyampaikan keluh kesahnya kepada Bang Adji.

Seperti fakta mangkraknya pembangunan gedung SD yang sudah macet selama 6 bulan lebih itu. Padahal gedung SD satu-satunya yang ada di Muara Angke itu, ditempati empat SD sekaligus, pagi dan petang, yakni; SDN 03, 04, 05 dan 06. “Kasihan, pak. Untuk ruang kelas, saat ini anak-anak numpang di mesjid, di SMP yang jauh, padahal masih kecil-kecil. Ini gara-gara pembangunan sekolah macet,” keluh Charmadi, warga setempat kepada Bang Adji.

Dalam perjalanannya berbagai dialog dengan warga setempat mengungkapkan buruknya administrasi di wilayah pinggiran Jakarta itu. “Bayangkan, pak. Masak dalam satu rumah, KTP-nya beda-beda. Ada yang ikut RW 11, RW 1 dan RW 3. Ini karena wilayah kita belum ada RT-RW-nya,” keluh Haji Adin, Tokoh warga setempat.

Di hadapan ratusan warga, Hendardji menyampaikan rasa simpatinya. Warga di sana kebanyakan berprofesi sebagai pembuat ikan asin dalam kehidupan yang miskin, sementara di sekitar mereka terdapat dua pemukiman mewah, yakni Pantai Indah Kapuk dan Pantai Mutiara.

Menjawab itu, Hendardji mengatakan dirinya berpengalaman mengelola tanah negara saat jadi Dirut Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK). "Jadi, kalaupun dibangun Rusun harus tidak jauh dari sini dan sifatnya Hak Guna Bangunan (HGB). HGB itu sama seperti di Kemayoran. Karena yang namanya nelayan itu tinggalnya tidak bisa jauh dari laut,” ujar Hendardji.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement