Kamis 23 Aug 2012 13:58 WIB

Pengamat: Video Kekerasan Pilkada DKI Ancaman Basi

Video Koboy China Pimpin Jakarta berisi ancaman kepada etnis Tionghoa untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada ronde kedua Pemilukada DKI Jakarta beredar luar di internet.
Video Koboy China Pimpin Jakarta berisi ancaman kepada etnis Tionghoa untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada ronde kedua Pemilukada DKI Jakarta beredar luar di internet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi, menilai video ancaman kerusuhan Pilkada DKI (Baca:Video Ancaman Kerusuhan Pilkada DKI Beredar) merupakan langkah picik dan basi dalam menerapkan strategi komunikasi politik. Menurutnya, masyarakat Jakarta yang heterogen tak akan terpengaruh dengan ancaman itu.

"Masyarakat Jakarta yang heterogen tidak akan terpengaruh oleh ancaman video kerusuhan Pilkada DKI oleh pihak tidak bertanggung jawab," kata Ari Junaedi, di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, strategi itu hanya efektif beberapa saat saja karena masyarakat Jakarta yang heterogen serta memiliki tingkat pendidikan tinggi tidak akan terpengaruh pada ancaman berbau sara itu. Berbeda jika dilakukan di daerah yang mungkin akan berhasil karena tingkat pedidikan masyarakat tidak terlalu tinggi, kata dia.

Dia mengatakan pihak kepolisian harus segera mengungkap pelaku yang mengunggah video ancaman kerusuhan agar pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta putaran II dapat berjalan dengan kondusif.

Dia mengatakan hasil yang diperoleh pada Pilkada DKI putaran I beberapa waktu lalu membuktikan bahwa pilihan diambil bukan berdasarkan suara partai politik namun sosok yang dianggap dapat memimpin Jakarta.

Menurut dia, isu sara yang dihembuskan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab itu akan berdampak pada penurunan jumlah pemilih pada Pilkada putaran dua pada 20 September 2012.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement