REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pasangan Joko Widodo-Basuki Thahaja Purnama (Ahok) bakal tetap diunggulkan dalam pertarungan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua pada 20 September 2102 nanti. Setidaknya itulah hasil yang didapat melalui telesurvei Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG)
"Sebagian besar responden yang diteliti memilih pasangan Jokowi-Ahok untuk memimpin DKI-1. Pasangan ini mendapatkan dukungan responden sebanyak 36,74 persen dari 1.250 responden yang diteliti," kata Koordinator Divisi Riset dan Penerbitan SSSG, Ilman Nafian saat presentasi hasil survei di Jakarta, Jumat (14/9).
Sementara pasangan incumbent yang didukung partai-partai besar, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli memperoleh dukungan responden sebanyak 29,47 persen. Sekitar 22,04 persen responden belum memutuskan pilihannya, 2,72 persen menyatakan golput dan 9,03 persen responden tidak menjawab/tidak tahu.
Alasan responden dalam proses pemilihan gubernur DKI Jakarta itu hanya melihat dari sosok/figur calon pasangan gubernur DKI Jakarta.
"Yang menyatakan sosok calon gubernur DKI Jakarta lebih diprioritaskan dalam Pilkada DKI tersebut adalah 85 persen responden, sementara yang menjawab partai politik hanya 4 persen. 10 persen lainnya menjawab tidak tahu," katanya.
Survei yang berlangsung sejak 4 September hingga 12 September 2012, dengan sampling eror penelitian sekitar 3 persen itu juga menyebutkan, sebagian besar responden menyatakan dasar penentuan pilihan calon Gubernur DKI Jakarta adalah hati nurani (70 persen).
"Atas dasar agama hanya 8 persen, suku satu persen, instruksi tokoh masyarakat satu persen, instruksi parpol satu persen dan atas dasar uang hanya satu persen. Sementara yang tidak menjawab sekitar 6 persen," kata Ilman.
Populasi survei ini adalah seluruh warga DKI Jakarta yang memiliki telepon rumah, sementara kriteria sampel/responden warga yang mempunyai hak pilih. Sampel sendiri diambil dari hasil mengacak nomor telepon dalam buku Telkom. Metode pengumpulan data dengan wawancara via telepon.