REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdakwa kasus penyuapan Bupati Buol, Siti Hartati Murdaya, kembali menjalani persidangan dengan agenda pemeriksaan saksi salah satunya yaitu (mantan) Bupati Buol, Amran Batalipu, di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (13/12).
Pemilik PT Hardaya Inti Plantations (HIP) dan PT Cipta Cakra Murdaya (CCM) itu ternyata memberikan uang Rp 2 miliar kepada mantan Bupati Buol, Amran Batalipu.
Uang tersebut diberikan sebagai imbalan kepada Amran karena telah membantunya dalam mengurus izin lokasi perkebunan untuk penerbitan sertifikat hak guna usaha dan izin usaha perkebunan perusahaan milik Hartati. Hal ini diketahui dalam rekaman pembicaraan yang diputar jaksa penuntut umum (JPU) pada saat persidangan.
"Makasih ya sudah terima dua kilo (Rp 2 miliar), itu kan izin lokasinya atas nama CCM, tapi supaya enggak keluar ke orang lain," kata Hartati dalam rekaman pembicaraan yang diperdengarkan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (13/12).
Hartati meminta kepada Amran supaya membuat surat yang ditujukan kepada PT CCM untuk memberitahukan izin lokasi tersebut atas nama CCM. Amran pun menyetujuinya. Hartati kemudian menyerahkan izin lokasi itu kepada Amran. Hartati berniat melakukan investasi di Buol karena tidak ada yang melakukan investasi di sana.
Menurut Hartati, dia ingin berinvestasi di Buol agar daerah itu bisa maju dan di sana pun juga sudah berkembang. Hartati meminta agar lahan 70 hektar itu jangan dipotong lagi. Dia pun bertanya kepada Amran, apakah hal itu bisa dilakukan.
Amran menyatakan akan membicarakan hal itu kepada seluruh tim lahan. "Iya bu nanti, kita bicarakan dulu dengan tim, semuanya. Tentu kan masalah itu harus kompak semuanya. Nanti saya bantu bu," kata Amran.
"Bapak kan tahu saya ini sudah jadi pahlawan. Saya yang paling berat kerjanya di situ, orang lain main masuk saja, kita dianiaya. Bapak bantu saya lawan dia," ujar Hartati menaikkan nada bicaranya.
Dia pun bertanya apakah izin lokasi tersebut bisa selesai dalam waktu seminggu. Amran menjawab akan mengondisikannya. Hartati meminta bantuan Amran, karena terus diganggu oleh pengusaha yang datang belakangan. Dia mengaku pusing menghadapi gangguan itu. "Awalnya investasi di situ kan berat sekali, sekarang sudah main serobot saja, dibeginikan," gerutunya.