REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan terus bertambah. Sebagian penderita pun mengalami resistensi obat antiretroviral (ARV) lini pertama. Atas dasar itu pemenuhan pembuatan obat generik ARV lini kedua pun mendesak dibuat. PT Kimia Farma Tbk, sebagai BUMN, menyatakan siap untuk memproduksi obat generik ARV lini kedua.
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, menyatakan berdasar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), diperkirakan di 2014, penderita AIDS dan HIV meningkat tiga kali lipat dibanding 2008. Jika sebelumnya penderita orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) di 2008 sebanyak 277.700 orang, kini menjadi 813.720 orang.
Tak hanya itu badan dunia penanganan AIDS, UNAIDS juga memberikan predikat Indonesia termasuk salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang paling cepat.
Ia menjabarkan beberapa data mutakhir meningkatnya jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS. Ia mengatakan sejak ditemukan ODHA tahun 1987 hingga September 2012, penderitanya mencapai 39.434 orang. Sebanyak 67 persennya adalah lelaki dan 33 persen perempuan.
Penularan tertinggi sebesar 67 persen akibat hubungan seksual beresiko. Sementara akibat lain seperti penggunaan jarum suntik masih di bawah itu.
Nafsiah pun juga mengkhawatirkan bahwa hampir 15,8 persen pasien HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga. Proporsinya pun terus meningkat. ''Dengan meningkatnya ibu yang tertular AIDS, maka semakin tinggi pula bayi yang tertular,'' tutur dia melalui video yang ditayangkan dalam pembukaan Simposium Meningkatkan Terapi HIV/AIDS dan Hepatitis, Kamis (20/12).
Menghadapi epidemik HIV/AIDS, pemerintah telah meluncurkan strategi penanganannya. Strategi itu itu tertuang dalam PP nomor 75 tahun 2006. Anggaran untuk obat ARV pun terus meningkat, yaitu sebesar Rp 171 miliar di tahun 2012. Kemudian rencananya Rp 300 miliar untuk tahun 2013.
Direktur Utama PT Kimia Farma, Rusdi Rosman, menyatakan sejauh ini strategi pemerintah memberikan banyak harapan untuk meningkatkan hasil pengobatan, kualitas layanan dan dukungan. Perusahaan ini pun menyadari kebutuhan ARV. Apalagi sebelumnya, Kimia Farma ditunjuk sebagai BUMN yang memproduksi dan mendistribusikan ARV lini pertama.
Menghadapi resistensi terhadap ARV lini pertama pemerintah telah meluncurkan PP nomor 76 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah Terhadap Obat Antiviral dan Antiretroviral. Rusdi berharap obat-obat ARV lini 2 tersebut dapat segera diproduksi di dalam negeri dengan harga terjangkau.