Senin 24 Dec 2012 06:34 WIB

Kelompok Mali Hancurkan Musoleum Timbuktu

 Pasukan Mali menggelar latihan perang di gurun dekat Timbuktu, Mali, guna mengantisipasi serangan teroris. (ilustrasi)
Foto: AP/Ben Curtis
Pasukan Mali menggelar latihan perang di gurun dekat Timbuktu, Mali, guna mengantisipasi serangan teroris. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Kelompok yang menguasai Mali utara, Ahad (23/12), menghancurkan musoleum yang masih ada di kota kuno Timbuktu, kata seorang pemimpin kelompok garis keras.

"Tidak akan ada satu musoleum pun di Timbuktu. Allah tidak menyukainya. Kami sedang menghancurkan semua musoleum yang tersembunyi di daerah itu," kata Abou Dardar, seorang pemimpin Ansar Dine, kepada AFP.

Klaim itu dikonfirmasi oleh sejumlah saksi dan dibenarkan oleh seorang warga yang mengaku sebagai anggota AQIM, kelompok militan yang menduduki kota itu sejak kudeta Maret di Mali mendorong negara tersebut ke dalam kekacauan.

"Militan garis keras sedang menghancurkan semua musoleum di daerah itu dengan beliung," kata seorang saksi. Pengadilan Kejahatan Internasional telah memperingatkan, penghancuran tempat keramat di kota yang dianggap UNESCO sebagai warisan dunia itu merupakan kejahatan perang.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure. Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Rencana-rencana sedang dirampungkan untuk mengirim pasukan intervensi Afrika berkekuatan sekitar 3.300 prajurit untuk mengusir militan yang menguasai wilayah utara Mali, namun PBB masih berkeberatan dan memperingatkan bahwa penempatan itu mungkin bisa dilakukan setahun lagi.

Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Alqaidah di Maghribi Islam (AQIM), saat ini menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement