REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita menyatakan, lokasi yang digunakan untuk keperluan syuting sinema elektronik (sinetron) merupakan lokasi yang berbeda dengan lokasi, tempat ruangan Intensive Care Unit (ICU) yang sebenarnya berada.
Sebelumnya diberitakan bahwa seorang anak penderita kanker darah (leukimia), meninggal dunia setelah sempat mendapatkan penanganan dari Unit Gawat Darurat (UGD) dan diterima di ICU RSAB Harapan Kita, kemarin, Rabu (26/12) malam.
Kepala Seksi Instalansi Humas RSAB Harapan Kita, Sahrida mengatakan, ruangan ICU RS yang sebenarnya memang berada di lantai dua. Lokasi syuting pun, terletak di lantai yang sama.
''Tapi berbeda lokasi. Lokasi syuting memang di ICU, tetapi bukan di ruangan ICUnya,'' tutur Sahrida kepada media, Kamis (27/12) di RSAB Harapan Kita, Jakarta.
Ia menjelaskan, antara ruangan dan lokasi ICU merupakan dua lokasi atau tempat yang berbeda. Sahrida menerangkan, bahwa lokasi di ICU yang digunakan untuk syuting bukan merupakan ruangan ICU, tempat pasien menjalani perawatan.
''Jadi syuting di ruangan alat siap pakai, dibuat kamar siap pakai yang di-setting seperti ruangan ICU,'' ucapnya.
Adapun prosesi syuting kemarin malam, tutur Sahrida, hanya berlangsung dua jam, dari sekitar pukul 19.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Ia mengatakan, memang ada proses pengambilan gambar yang berlangsung sampai dini hari.
Tetapi hal itu bukan lah dilakukan di dalam gedung RS, melainkan di pelataran parkir. Jalan dan akses lalu-lalang para kru yang menjalani syuting pun, berbeda dengan akses bagi pihak keluarga pasien di ruang ICU.
Sahrida menuturkan, segala hal yang berkaitan dengan RS, baik itu untuk keperluan publik yang berasal dari luar, memiliki prosedural sendiri. ''Ada, dari pimpinan RS. Tidak mungkin kalau tidak ada izin,'' ujarnya.
Sementara itu, Sahrida menjelaskan runutan peristiwa sebenarnya yang terjadi, saat pasien bocah yang diketahui bernama Ayu Tria Desiani (9 tahun) dibawa orangtuanya, Kurniyanto, ke RSAB Harapan Kita. Adapun pasien Ayu, kata dia, merupakan pasien lama.
''(Pasien) kondisinya memang sudah parah. Pasien sebelumnya sudah mendapat penanganan oleh dokter UGD. Ditangani semua. Kemudian untuk tindak lanjutnya, pasien harus ditangani di ICU,'' papar dia.
Sesampainya di ICU, pasien Ayu pun langsung diterima. ''Tidak ada hambatan, pasien diterima,'' kata Sahrida. Ia mengungkapkan, memang seluruh pasien, saat awal, akan memasuki UGD.
Ayu pun, pada malam itu baik di UGD dan di ICU, sudah mendapatkan penanganan. ''Ada dokter yang berjaga juga saat itu. Ia sedang membuat laporan.''
Tambahnya, setiap malam, pasti ada petugas dokter yang berjaga. Mengenai pemaparan dan penjelasan yang ia tuturkan sebelumnya, Sahrida pun, membantah, bahwa berlangsungnya syuting membuat pasien Ayu tidak mendapatkan penanganan.
Sementara mengenai Ayu yang akhirnya meninggal dunia, pihak RS menjawab, bukanlah karena proses penanganan yang lamban. ''Mengenai kondisi penyakitnya, saya tidak bisa menjawab. Itu harus dipelajari dulu,'' imbuhnya.
Ayu merupakan anak dari seorang pegawai bagian umum di sebuah kantor berita radio di Jakarta. Sang Ayah bernama Kurnianto.
Berdasarkan informasi yang didapatkan, Ayu pun sudah dimakamkan, pada Kamis (27/12) sore, di TPU Prumpung, Jakarta Timur.