REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Partai Golkar, Nurul Arifin, berpendapat dinamika internal partainya sejauh ini masih dalam kondisi yang baik. Panasnya situasi antara DPP dan ketua dewan pertimbangan, Akbar Tandjung, pun tak dianggap sebagai masalah. Melainkan, hanya lantaran komunikasi yang kurang intensif.
‘’Dinamika seperti ini baik, sejauh bentuknya bukan devide et impera. Saya percaya kader Golkar cerdas dan dewasa. Jadi, biarkan demokrasi internal itu tumbuh. Konflik biasanya terjadi hanya untuk membangun soliditas yang lebih kuat,’’ katanya, Jumat (28/12).
Sebelumnya, Akbar menyentil elektabilitas ketua umum, Aburizal Bakrie (Ical), yang masih berada di bawah partai. Padahal, Ical telah ditetapkan partai untuk menjadi capres pada pemilu 2014. Idealnya, kata Akbar, elektabilitas capres itu harus berada di atas partai.
Ia pun meminta agar partai melakukan kajian lebih mendalam terkait elektabilitas Ical pada Juli tahun depan. Partai dinilai layak untuk memberikan dukungan lebih lanjut jika memang ternyat elektabilitas Ical terus meningkat.
Pernyataan Akbar itu pun membuat DPP berang. Sekjen Partai Golkar, Idrus Marham menuding Akbar mengganggu konsolidasi partai dan mempreteli pencapresan Ical. Ia bahkan mengancam akan memberikan teguran dan sikap keras kepada Akbar jika terus menggoyang Ical.
Meski pun begitu, Nurul mengaku, tak yakin jika Akbar memiliki keinginan untuk menjegal Ical untuk mendapatkan kursi nomor satu di Republik. Menurutnya, apa yang diungkapkan Akbar tersebut lebih sebagai bentuk perhatian dan rasa memiliki sebagai mantan ketua umum Partai Golkar.
‘’Saya melihat sisi positifnya, agar kader giat dan berupaya terus meningkatkan kinerja agar elektabilitas partai terus meningkat. Yang dampaknya bisa menaikkan elektabilitas Ical,’’ tutur anggota Komisi II DPR tersebut.