REPUBLIKA.CO.ID, Oleh para sahabat, santri, dan para pengikutnya, Kiai Asrori dikenal sebagai pribadi yang memiliki kesantunan luar biasa.
Sikap tawadhunya lebih terlihat setelah mengambil alih pucuk pimpinan tarekat.
''Beliau itu tidak sungkan membawa makanan untuk santri dan membuatkan kopi untuk para sahabatnya, padahal posisinya sudah sebagai mursyid pada saat itu,'' kenang mantan santrinya, Wisjnubroto Heruputranto.
Wisjnu, yang diamanahkan Kiai Asrori menjadi Direktur Pengelola Ponpes Al Fithrah, mengungkapkan, sifat tawadhu inilah yang membuat setiap orang semakin hormat kepada sang kiai.
Ia bahkan beberapa kali enggan menerima sumbangan besar dari donatur untuk pembangunan ponpes.
"Terima kasih, kasihan orang lain yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri, lebih baik dibagi-bagi,'' kata Wisjnu menirukan ucapan Kiai Asrori.
Wisjnu juga mengenal gurunya ini sebagai sosok yang sangat supel dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan.
Tak hanya di kalangan tarekat dan ponpes, Kiai Asrori juga mampu bergaul dengan kalangan profesional melalui pendekatan yang dianggap kalangan pondok tidak lazim. "Saya kaget ketika beliau juga suka lagu Beatles," ujar pria yang juga berprofesi sebagai konsultan hukum di Surabaya ini.
Keluwesan sang kiai menyampaikan pesan Islam membuat beberapa kalangan profesional terpikat untuk bergabung ke dalam tarekat. Wijsnu menyebut, cukup banyak murid Kiai Asrori yang berlatar belakang akademisi, arsitek, pejabat, hingga pengusaha.
Bahkan, sejumlah warga keturunan Tionghoa dari Surabaya dan Semarang pun tertarik mengikuti pengajian beliau. Mereka tertarik mendengarkan petuah-petuah sang kiai karena pesan yang ia sampaikan selalu menyejukkan dan tidak pernah memvonis.