REPUBLIKA.CO.ID,SOREANG -- Penggalian tanah bukit atau galian C di Kampung Gunung Leutik, Desa Nagreg Kendan diprotes warga. Selain mengganggu aktivitas warga, galian C juga mengancam lahan milik warga. Bahkan diduga pertambangan galian C tersebut tidak memiliki izin penambangan.
Ketua Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Nagreg Kendan, Yadi Supriadi mengatakan, masyarakat dari dua desa yaitu Desa Nagreg dan Desa Nagreg Kendan sudah menyampaikan keberatan kepada Kepala Desa Nagreg Kendan. Masyarakat meminta agar ada kejelasan izin penggalian yang dilakukan di Kampung Gunung Leutik. "Kami sudah melakukan penyampaian keberatan, karena izin penggalian juga tidak ada. Apalagi kami terkena imbas dari penggalian ini," ujarnya saat ditemui di lokasi penggalian, Ahad (6/1).
Ia menuturkan, keberatan warga atas penggalian disebabkan karena mengancam lahan warga, khususnya lahan perkebunan warga yang langsung berbatasan dengan lokasi penggalian. Warga takut lahan perkebunannya semakin berkurang karena ancaman longsor akibat penggalian. "Beberapa warga sudah mengeluh, terutama mereka yang lahannya berbatasan langsung. Takutnya longsor, mereka minta ganti ke mana, apalagi surat tanah dan izin penggalian juga kan belum jelas," papar Yadi.
Protes oleh warga sempat dilakukan dengan melakukan aksi demonstrasi di lokasi penggalian. Warga meminta agar kegiatan penggalian dihentikan sebelum ada kejelasan izin. Walau secara khusus tidak ada dampak langsung ke permukiman warga, namun imbas penggalian baik ancaman kepada lahan maupun aktivitas warga yang ada di sekitar lokasi penggalian sempat terganggu. "Terakhir kali, protes dilakukan minggu kemarin, dua hari sebelum tahun baru. Warga Desa Nagreg demo ke lokasi penggalian dan ke Kepala Desa," kata dia.
Salah seorang warga RT 3/11 Desa Nagreg, Zubaedah (60) mengatakan, galian C hasil penambangan yang diangkut truk berceceran di jalan. Akibatnya debu sering mengganggu aktivitas jual beli di warung-warung yang berada di sisi Jalan Nagreg. Selain ceceran tanah dari truk membuat jalan dipenuhi tanah. "Seharusnya sebelum keluar dari tempat penambangan, ban truk dibersihkan dulu, sehingga ceceran tanah tidak mengganggu barang dagangan," kata dia.
Pantauan Republika di lokasi penggalian, bukit di Kampung Gunung Leutik tampak sudah terpapas akibat penggalian. Dua ekskavator, satu buldoser, dan puluhan truk tampak terparkir di lokasi penggalian. Aktivitas penggalian tidak beroperasi pada Ahad (6/1). Namun warga tampak berkumpul di depan jalan masuk menuju lokasi penggalian.