REPUBLIKA.CO.ID, MAJENE -- Nelayan tradisional di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, umumnya sejak sepekan terakhir tidak melaut akibat cuaca buruk dengan angin kencang disertai gelombang tinggi di perairan Selat Makassar.
"Kami tidak berani menangkap ikan karena angin cukup kencang dan gelombang cukup tinggi. Jika dipaksakan tentu sangat membahayakan keselamatan jiwa," kata Puddin (40 ), seorang nelayan Majene, Sabtu.
Ia bersama ratusan nelayan Majene saat ini menganggur menyusul badai tiupan angin barat dan gelombang tinggi. "Ketinggian gelombang mencapai empat meter dan tiupan angin rata-rata mencapai 15 knot atau 30 kilometer per jam. Ini tentu sangat berisiko apabila nelayan tradisional memaksakan mencari ikan di perairan Majene," katanya.
Puddin mengatakan, perahu tradisional Mandar 'Sande' dengan mengandalkan layar tentu tidak akan mampu mengimbangi tekanan angin 30 hingga 40 km per jam.
Sehingga kata dia, nelayan tradisional memilih berhenti dan menepikan perahu ke daratan karena gelombang pasang juga cukup ganas.
"Lebih baik kami memperbaiki alat tangkap yang kondisinya rusak sembari menunggu cuaca kembali bersahabat,"jelasnya.
Senada dikatakan, Arifuddin (50), nelayan tradisonal Majene, mengaku diirnya sudah sepekan tidak turun menangkap ikan akibat gelombang dan tiupan angin cukup tinggi.
Untuk menutupi kebutuhan ekonomi kata dia, dirinya terpaksa mencari pekerjaan alternatif karena stok kebutuhan dapur kian menipis.
"Selama libur melaut saya mencari kerja sampingan untuk menutupi kebutuhan ekonomi. Kita berharap, cuaca kembali membaik sehingga nelayan tidak menganggur," katanya.