Senin 14 Jan 2013 17:25 WIB

BK CPO Diturunkan, Penerimaan Negara Ikut Terdampak

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Dewi Mardiani
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Agung Kuswandono (kanan).
Foto: Antara
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Agung Kuswandono (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Agung Kuswandono, menyatakan apabila bea keluar (BK) minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali diturunkan, otomatis penerimaan negara akan terpengaruh. 

"Kalau tarifnya diturunkan, pasti penerimaannya turun," tutur Agung seusai menghadiri rapat kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Gubernur Bank Indonesia di ruang rapat Komisi XI DPR, Kompleks Parlemen Senayan, Senin (14/1).

Agung menjelaskan, kebijakan terkait menaikkan ataupun menurunkan bea keluar CPO bukanlah domain Ditjen Bea dan Cukai. Domain tersebut berada di pemerintah pusat, bukan hanya Kementerian Keuangan, melainkan juga stake holder terkait. 

Lebih lanjut, Agung mengaku enggan berkomentar terkait besaran pendapatan negara dari bea keluar yang terpengaruh apabila bea keluar CPO kembali diturunkan. Meski demikian, Agung meminta seluruh pihak paham, bea keluar tidak hanya berfungsi sebagai sumber penerimaan negara saja. 

Fungsi-fungsi lainnya, seperti menjaga pasokan di dalam negeri maupun mendorong terjadinya hilirisasi merupakan pertimbangan yang harus dipikirkan. "Fungsi bea cukai adalah eksekusi. Kita serahkan kepada pejabat yang tangani itu," kata Agung. 

Sebelumnya, Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Susiwijono mengaku selama ini kontribusi CPO beserta produk turunannya terhadap penerimaan bea keluar memang dominan jika dibandingkan komoditas lain yang terkena bea keluar seperti mineral dan batu bara, kayu serta kulit.

Dari total penerimaan bea keluar sebesar Rp 31,7 triliun di 2013, Susiwojono menyebut CPO diproyeksi menyumbang Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun. Sedangkan produk-produk turunan CPO, seperti oleochemichals, biodiesel, dan lain-lain menyumbang Rp 14 triliun.  Sedangkan minerba dan lain-lain diproyeksi menyumbang Rp 8 triliun. 

Secara keseluruhan, dalam APBN 2012, penerimaan bea keluar ditargetkan Rp 23,2 triliun. Berdasarkan data Kemenkeu yang dilansir awal pekan ini, realisasi penerimaan bea keluar mencapai Rp 21,2 triliun atau 91,5 persen dari target.  Dalam APBN 2013, target penerimaan bea keluar mencapai Rp 31,7 triliun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement