REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posko kesehatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia mengatakan hari keempat banjir yang melanda Kampung Pulo kondisi kesehatan pengungsi menurun.
"Kondisi stamina pengungsi menurun sehingga mereka banyak terserang penyakit dan kelelahan," kata koordinator lapangan di Posko Kampung Pulo, Budi Mulyadi, di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan bahwa kondisi fisik pengungsi, baik anak-anak maupun dewasa, menurun karena pola makan yang tidak teratur.
Selain itu, menurut dia, pengungsi kurang istirahat dan mengonsumsi air tidak bersih menjadi penyebab tambahan menurunnya kondisi fisik mereka.
"Pengungsi kekurangan air bersih. Hal yang dikeluhkan yang dibutuhkan pengungsi adalah toilet karena selama ini mereka buang air ke dalam pertokoan dan harus bayar," ujarnya.
Menurut dia, pengungsi juga banyak mengalami luka lecet karena tergores kaca dan tertancap paku. Selain itu, pengungsi juga sering mengeluhkan penyakit kulit seperti kutu air.
"Dalam hal ini, kami juga bekerja sama dengan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia," katanya.
Dia mengatakan bahwa pihaknya menerjunkan 20 orang anggota PPNI untuk memberikan bantuan kesehatan kepada para warga. Jumlah itu menurut dia dibagi-bagi sepanjang hari.
"Sebanyak 20 orang itu kami bagi-bagi karena kami membuka posko 24 jam," kata Budi.
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan UI Debie Dahlia mengatakan bahwa persediaan obat di posko tersebut didapatkan secara swadaya dari PPNI dan FK UI.
Dia menegaskan, untuk kebutuhan obat hingga hari keempat banjir, masih terpenuhi terutama untuk merawat luka yang dialami warga.
"Sehari bisa 100 orang yang memeriksakan kesehatannya ke posko kami," ujarnya.
Menurut dia, FK UI juga mengerahkan mahasiswanya untuk membantu pemberian bantuan kesehatan. Di posko itu juga diberikan terapi bermain bagi anak-anak untuk menghibur dan memberikan pemulihan psikis pascabanjir.